Nah, bukankah temuan tersebut merupakan cikal bakal terjadinya learning loss alias nirkeberlanjutan pendidikan siswa?
Dan sayangnya, learning loss bukanlah yang yang dapat diukur dalam waktu singkat. Terang saja, kita hanya bisa membaca sembari mengakali lubang-lubang yang menganga sebelum learning loss itu benar-benar terjadi di masa depan.
Mengerikan loh dampaknya. Bukan satu atau dua siswa, melainkan satu generasi. Makanya di tengah tahun 2020 kemarin sempat digaungkan "generasi covid-19". Gaungan tersebut sebenarnya merupakan sindiran sekaligus keresahan kita tentang nasib generasi penerus bangsa.
Alhasil, kembali lagi kepada Asesmen Nasional, kalaulah kemudian AN bakal digelar demi menemukan statistik learning loss, maka agaknya hal tersebut sangat-sangat terlambat. Pemerintah semestinya bisa lebih dulu membaca sekaligus menganalisa potensi, terutama melalui kerja sama dengan pihak pemerhati pendidikan, organisasi pendidikan, pemerintah daerah, pengawas, hingga survei dadakan ke sekolah.
Tapi, ya, walau kesannya terlambat, tetap saja penting dilakukan. Terlebih lagi potensi learning loss tidak hanya di negeri sendiri, melainkan di seluruh dunia. Terutama bagi sekolah-sekolah 3T yang serba kekurangan akses namun susah "bergerak" gegara pandemi.
Asesmen Nasional Diundur, Bukti Sahih Program Baru Tak Boleh "Gapah-Gopoh"
Di luar dari rencana menghitung learning loss, Mas Mendikbud Nadiem dapat dibilang cukup bijaksana telah menunda Asesmen Nasional. Dari berbagai faktor yang dikemukakan di awal tadi, hal yang paling mendasar sekaligus krusial adalah persoalan sosialisasi secara masif.
Terang saja, sampai saat ini belum kutemukan edaran dari Kemendikbud maupun dari disdik daerah dalam rangka sosialisasi pelaksanaan Asesmen Nasional. Yang rasanya sama-sama kita temukan sekarang adalah sosialisasi AN melalui bimtek online di laman resmi Kemendikbud.
Ya, kalau begitu ceritanya, maka kesan yang hadir daripadanya adalah, sosialiasi AN hanya diperuntukkan bagi guru yang mau ikut saja melalui sistem daring. Sedangkan bagi guru-guru yang jarang berselancar di media online, barangkali mereka tak tahu bahwa ada pelatihan AN.
Alhasil, sosialisasi Kemendikbud dengan metode tersebut kurang efektif dan kurang menjangkau semua. Apalagi seperti sekolah kami yang sulit mengakses internet.
Dua hari yang lalu saja kami harus menggelar sosialiasi terbatas secara tatap muka dalam rangka persiapan akreditasi sekolah.