Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Artikel Utama

Awas! Berikut 3 Gaya Mengajar ala Sensei Nobi yang Tidak Boleh Ditiru Guru Masa Kini

18 Januari 2021   20:33 Diperbarui: 20 Januari 2021   13:00 4196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sensei Nobi dalam Serial Doraemon. Foto: Doraemon.fandom.com

Gara-gara hal tersebut, jelas saja Nobita merengek, mengomel, bahkan menangis hingga sampai ke pangkuan Doraemon.

Meskipun karakter yang diperankan Nobita adalah sosok anak SD yang serba malas, tetap saja pemberian hukuman seperti yang disebutkan tadi tidak cocok lagi di hari ini.

Ya, barangkali di sepanjang tahun 2000-an masing-masing dari kita masih sering menerima hukuman berupa tepisan mistar, pukulan kayu rotan, bahkan cubitan. Tetapi, kita dulu cenderung patuh dan takut dengan guru.

Sedangkan hari ini? Kalau siswa sering dihukum, maka bisa gawat. jangan-jangan mereka malah menyimpan dendam, atau bahkan enggan menaruh perhatian setiap kali belajar dengan guru A. Hemm.

Di era merdeka belajar, maka hukuman terhadap siswa juga perlu dimerdekakan alias disingkirkan. Jadi, cukuplah Pak Guru Nobi saja yang sering menghukum Nobita.

Kedua, Selalu Memberikan PR

Ilustrasi banyak PR. Gambar oleh gabrielaparino dari Pixabay
Ilustrasi banyak PR. Gambar oleh gabrielaparino dari Pixabay

Nah, untuk gaya mengajar yang satu ini, Bapak/Ibu Guru boleh setuju, boleh pula tidak. Hanya saja, kalau kita berkaca dari dampak yang diterima oleh Nobita gegara diberi banyak PR tiap hari oleh Pak Guru Nobi, maka gaya mengajar yang seperti ini patut untuk ditinggalkan.

Terang saja, rasanya ada sekian banyak episode yang mengisahkan tentang hasrat Nobita yang ingin mencontek bahkan menyalin total PR yang dikerjakan oleh Sizuka. Bahkan, di sisi yang sama, Nobita juga sering dimarahi oleh Ibunya gara-gara lebih memilih main daripada buat PR.

Dilema, sih, sebenarnya. Ketika kita menilik PR dari satu sisi, jelas hal tersebut mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap siswa. Setidaknya, siswa bakal membuka kembali buku pelajarannya ketika sudah sampai di rumah.

Tapi, di sisi lain, PR malah terkesan jadi bumerang. Lihat saja berita pembelajaran di era pandemi yang mencuat di dunia maya maupun nyata. Kisahnya tidak jauh-jauh dari permasalahan kebosanan sekaligus kejenuhan siswa gegara hadirnya PR yang menumpuk.

Imbasnya, niat baik menghadirkan PR malah berakibat minor bagi siswa. Maka dari itulah secara pribadi aku tidak setuju jikalau sekolah itu banyak PR.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun