Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dear Orangtua, Tak Perlu Sok Jadi "Doraemon" di Rumah

15 April 2020   20:24 Diperbarui: 15 April 2020   20:33 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Doraemon. Gambar dari pxhere.com

"Anak mau ini, dikasih. Anak mau itu, dibayari. Anak minta isian tugas, diberi. Duh, hebatnya. Sudah seperti Doraemon saja!"

 Andaikan saat belajar di rumah anak-anak berperan sebagai Nobita sedangkan orangtuanya menjadi Doraemon, rasanya anak akan begitu bahagia dan bersukaria. Sedikit-sedikit panggil Doraemon untuk pinjam alat. Sebentar-sebentar menangis bersimpuh minta bantu kerjakan PR.

Setelah itu? Main ke rumah Sizuka, duduk-duduk di taman, atau malah tidur siang sepuas-hendak hatinya. Doraemon yang diutus dari abad ke-21 untuk memantapkan masa depan Nobita jadi tak banyak daya. Bukannya memacu semangat belajar, Doraemon malah kasihan.

Kasihan jika Nobita terus menangis, iba melihat latihan Nobita dengan nilai nol terus ketahuan oleh ibunya, hingga tak kuasa menahan keirian Nobita atas kehebatan teman-temannya. Tapi ya, begitulah menariknya dunia dalam layar.

Lalu, apakah di dunia nyata ada pula orang yang memerankan tokoh Nobita dan Doraemon? Meskipun tidak mirip-mirip amat, tapi rasanya sebagian orang masih ada yang mengambil peran layaknya kartun karangan Fujiko Fujio ini.

Perilaku anak macam Nobita bisa guru kenali di sekolah, begitu pula dengan orangtua sebagai Doraemon-nya. Ketika sekolah masih buka, tepatnya sebelum Covid-19 melanda saya pernah menemukan siswa yang begitu dimanja oleh orangtuanya.

Tidak sekadar jajan, buku serta tas baru yang difasilitasi tetapi juga tugas dan PR-nya. Saat bersama dengan teman-temannya anak ini senang berkeluh jika keinginannya tidak diwujudkan.

Di dalam kelas juga demikian, andai ada tekanan berat atau konflik berbicara sedikit saja, bisa-bisa ia menangis dan ingin cepat pulang, walaupun di dalam kelas itu masih ada guru. sedangkan di saat senang, ia sering cerita tentang barang-barang baru pembelian orangtua.

Sekilas, kisahnya mirip sekali dengan tokoh Suneo dalam kartun Doraemon, dan kemiripan ini pula yang membuat saya tertarik untuk melibatkannya di garapan tesis tahun depan. Di satu sisi, anak ini cukup beruntung dengan gelimpangan harta, dan di sisi lain ia terlalu dimanja.

Tidak hanya di sekolah, dari rumah pun kita bisa mengenali cikal-bakal kehadiran tokoh Nobita dan Doraemon secara nyata. Lagi-lagi, hanya guru yang telitilah yang mengetahuinya.

Di tengah pandemi Covid-19, gelaran pembelajaran online dan offline yang siswa jalani mempunyai peluang besar untuk ikut dikerjakan oleh Doraemon alias orangtua di rumah.

Mengingat tugas yang sangat banyak hingga KPAI dan Mendikbud pun tahu, maka anak-anak yang terbiasa diberi hati, terlalu dikasihi, dan terlalu dimanja akan merengek minta bantuan orangtua dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun