Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ayahku Juga Keras, tapi Tidak Sampai "Segila" Itu!

6 April 2020   16:58 Diperbarui: 6 April 2020   17:18 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari m.tribunnews.com

Sedikit mengulik pengasuhan seorang ayah terhadap anak, jika mendasarinya pada kasus di atas maka sosok ayah ini sudah terlalu "gila" dalam bersikap.

Memang, tidak dapat kita pungkiri bahwa keterbatasan ekonomi adalah biang keributan dalam keluarga. Tapi, tidak semestinya anak ikut jadi korban, kan! Bahayanya uang memang begitu, tidak hanya membutakan mata tapi juga menghasut pikiran.

Sebenarnya faktor lain perilaku "gila" seorang ayah juga bisa datang dari aspek sosial budaya, katakanlah seperti ketakutan akan adanya bahaya yang mengancam. Meski demikian, faktor ini masih lebih rendah dibandingkan dengan tingkat kesejahteraan ekonomi.

Makin rendah kesejahteraan ekonomi dalam keluarga, maka makin tinggilah peluang terjadinya kekerasan. Jika istri tidak di rumah, maka anak bisa jadi korban keganasan sosok yang terhimpit oleh keadaan ekonomi.

Namun, sebagai pembandingnya, ternyata aspek pendidikan dan spiritual seorang ayah bisa meredakan kegelisahan akibat himpitan ekonomi. S

Sikap seorang ayah beda-beda, ada yang lembut ada yang keras. Kebetulan ayah saya adalah sosok yang cukup keras. Sikapnya memang bawaan lahir, turunan dari kakek saya. Sikap keras ini sering muncul ketika beliau kelelahan, melihat kejanggalan, hingga kekurangan uang.

Kadang pula, saya dimarahi. Tapi, karena ayah merupakan sosok yang cukup mengerti dalam mendidik anak dan beliau juga takut dengan Tuhan, maka opsi hukuman fisik tidak pernah beliau ambil. Apalagi sampai memperdayai anak untuk mengambil keuntungan pribadi!

Terang saja, jika kasusnya seperti sosok ayah kandung yang mencekik anaknya hingga kesakitan hanya demi uang, kita malah sangat sedih dan kasihan kepada anaknya. Anaknya perempuan, masih kecil pula. Bagaimana nanti dengan mentalnya?

Kejadian ini pula terjadi di rumah, sedangkan sang ibu jauh di luar negara. Jika tidak ada ketegasan, atau video yang tersebut di atas tidak viral barangkali sang anak sudah berkali-kali dianiaya.

Kita prihatin atas kejadian ini, akan jadi seperti apa anaknya nanti jika mengalami hukuman fisik berlebihan. Pernah ada temuan oleh Gershoff pada tahun 2002 yang meneliti anak selama lebih dari enam dekade.

Penelitian tersebut  menghasilkan kesimpulan bahwa hukuman fisik dapat menjadikan anak tidak peduli, antisosial, meningkatkan risiko pelecehan, kekerasan terhadap pasangan, risiko agresi anak dan agresi dewasa, hingga penurunan kesehatan mental anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun