Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Duhai Perantau, Jangan Bawa Coronavirus ke Kampung Halaman!

28 Maret 2020   15:19 Diperbarui: 28 Maret 2020   15:26 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mudik. Kompas.com

"Kalau sayang keluarga di kampung, jangan mudik!"

Inilah pesan penting yang baru saja diutarakan oleh Menteri Agama Fachrul Razi untuk para perantau yang berada jauh dari kampung halaman, khususnya pada wilayah yang terpapar coronavirus.

Kita semua baik yang bermukim di kampung halaman maupun di tanah rantau sudah sama-sama tahu bagaimana garangnya coronavirus ini. Bukan sekadar wabah lokal atau nasional, melainkan wabah terkejam yang sedang menyebar di jagat dunia.

Atas dasar inilah seluruh provinsi, kabupaten, desa hingga pengurus rumah ibadah di tanah ibu pertiwi memberhentikan sementara kegiatan-kegiatan yang melibatkan kerumunan. Jangankan sekadar rapat, kegiatan mulia seperti resepsi pernikahan dan salat pun tertunda seketika.

Termasuk juga saudara-saudara kita yang saat ini begitu ingin memijaki tanah di kampung halaman. Mereka pasti rindu berat dengan keluarga di rumah, rindu dengan saudara dan ingin memastikan semuanya baik-baik saja dengan mata sendiri.

Rindu ini, mungkin obat terbaiknya adalah mudik alias pulang kampung. Tapi, dengan kehadiran coronavirus keinginan mudik malah bisa jadi petaka. Seperti permisalannya Fachrul Razi:

"Kita berada di sebuah kota, misal Jakarta, yang sudah banyak terpapar COVID-19. Mungkin kita tidak kena (COVID-19) karena punya kekebalan tubuh lebih baik atau kondisi badan kita sedang sehat. Tapi, kalau kita mudik ke kampung, benih-benih (virus) yang ada di kita yang tidak membuat kita sakit itu kita bawa ke kampung," ucapnya pada Sabtu (28/03/2020)

Barangkali beberapa orang yang agak meremehkan coronavirus akan memandang permisalan Menteri Agama layaknya sebuah trailer film. Seseru apapun trailer tadi, tetap saja namanya hanyalah film dan entah kapan film itu bisa jadi nyata.

"Tampar saja!" cara ini bisa jadi opsi baik bagi mereka yang pemikirannya "maya" seperti itu. Terang saja, sekadar menampar biar sadar lebih baik daripada semua keluarga di kampung halaman hilang sadar.

Mencegah lebih baik dari pada mengobati, dan mengambil tindakan pencegahan lebih baik daripada menangis darah karena penyesalan.

Jujur saja, saat seseorang mau pulang kampung menaiki transportasi umum tidak ada yang bisa memastikan bahwa dirinya benar-benar bersih dari coronavirus. Seorang perantau, bisa saja mengukuhkan dirinya dengan berkata "aku baik-baik saja", tapi ia tidak tahu apa yang ia bawa.

Bisa jadi itu coronavirus, bisa jadi itu gejala-gejala ringan seperti batuk, pilek dan demam yang diakali dengan obat penurun panas. Hingganya, kata "bisa jadi" ini malah akan mengubah buah tangan yang dibawa oleh perantau. Mestinya oleh-oleh, tapi terganti jadi duka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun