Tidak hanya pedagang buku yang nongkrong di depan sekolah, ada pula pedagang yang berani masuk sekolah hingga kelas. Kebetulan SD kami juga kedatangan pedagang buku, tepatnya hari Kamis (23/01/2020) siang saat jam istirahat kedua.
Mereka sempat berkoordinasi dengan guru senior agar dapat mempromosikan buku ke setiap tingkatan kelas di SD. Ada brosurnya, dan setelah saya cek sendiri tiada judul buku dan komik yang menyimpang dari pendidikan.
Dari kejadian komik vulgar masuk SD ini, kiranya sekolah dan guru mesti menaruh perhatian lebih kepada para pedagang buku di sekitar sekolah, serta buku-buku yang masuk ke sekolah.
Tidak terpungkiri, selundupan-selundupan buku negatif bisa terjadi lagi di hari esok. Yang penting pihak sekolah selalu perhatian dengan buku, agar jikalau besok kasus seperti ini kembali terjadi, pihak sekolah dahulu yang tahu, jangan malah siswanya.
Terakhir, orangtua sebagai salah satu stakeholder utama pendidikan kiranya dapat lebih peduli lagi dengan apapun bacaan anaknya. Jika suatu hari anak mau beli buku, maka bolehlah terlebih dahulu bertanya sang anak mau beli buku apa.
Bukan sekadar soal harga atau bahkan menimbulkan kesan menunda literasi. Literasi tetaplah literasi, dan anak-anak boleh membaca sederet pengetahuan apapun. Tapi, hendaknya buku bacaan itu yang bermaslahat bagi mereka.
Salam.
