Mohon tunggu...
Ozzi Traveler
Ozzi Traveler Mohon Tunggu... Jurnalis - manusia biasa suka jalan-jalan

Jurnalis, Penulis, Traveler

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Skenario Orang Gila Muncul di Tahun Politik 2014 dan 2019, Disengaja atau Tidak?

16 September 2020   11:41 Diperbarui: 16 September 2020   12:26 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi Pelaku Saat Tusuk Syekh Ali Jaber. ©2020 Istimewa via merdeka.com

Melihat peristiwa penikaman Syeh Ali Jabar beberapa hari lalu mengingatkan saya peristiwa yang sama dialami oleh Mantan Menkopolhukam Wiranto pada 2019 lalu. Hanya saja yang membedakannya subjek, satu Pejabat Negara, dan satu lagi ulama. Pelaku? Sama-sama orang gila!

Bila kita menggunakan logika berfikir yang sehat, tanpa bumbu politis, tentu tak berfikir si pelaku tersebut mengalami gangguan jiwa. Bisa saja dong, tiap pelaku pembunuhan maupun kejahatan yang melukai hingga membuat cacat sebagian tubuh bebas dari ranah hukum karena GILA!

Subtansi atau pokok pikirannya bukan soal itu yang akan saya bahas. Tapi lebih kepada peristiwa. Banyak terjadi penusukan seperti ini terjadi di era pemerintahan Joko Widodo. Maaf, bukan ingin julid kepada Presiden Republik Indonesia. Sesuai fakta, kejadian penusukan baru terjadi era Joko Widodo.

Satu pelaku dengan dua korban. Maksudnya? Korbannya seorang tokoh public, dan pelakunya sama. Yaitu orang 'gila'!

Lalu kenapa dikasih tanda petik?

Karena orang gila sudah dibumbui politik oleh penguasa. Bukan orang gila dalam arti sebenarnya. Menyerang orang, bukan pejabat publik maupun orang terkenal saja belum tentu orang gila tersebut mampu atau berani menyerang.

Apalagi situasinya dijaga oleh pihak keamanan. Kok bisa toh, orang gila masuk membawa pisau dan menyerang tokoh tersebut? Capek sih membahas orang gila sejak di awal tulisan. Tapi itu kondisi sesuai fakta hari ini.

Apa di sini pihak kepolisian ikut ambil andil agar si pelaku tidak diproses hukumnya? atau tidak mau bekerja? Bisa juga petugas capek untuk menyelidiki. Hingga orang gila pun jadi kambing hitam dari perbuatan pelaku penusukan.

Aneh, baru terjadi di era sekarang-sekarang loh! Di era SBY belum ada yang berani menampakan kegilaannya di depan kamera dan orang ramai untuk menusuk tokoh publik seperti yang dialami ulama Syeh Ali Jabar dan Wiranto. Banyak asumsi menyebut kegilaan ini baru muncul di saat Presidenstial Threesold (ambang batas Presiden) ditetapkan pada 2014 lalu.

 Akhirnya apa? Hanya ada dua petarung rebut kursi empuk nan megah jadi penguasa di Indonesia. Bila kalian tak percaya bisa dikroscek di mbah Google.

Di mana tahun politik 2014 dan 2019 banyak orang gila muncul di depan kamera? Novel Baswedan belum saya sebut, karena pelakunya bukan orang gila sesungguhnya. Bukan pula orang gila yang dibumbui politis. Hanya jadi korban dari penguasa yang memerintahkan untuk melenyapka Novel.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun