Panen cengkeh yang di Kabupaten Tana Toraja masih di bawah harapan. Hal ini pun menjadi masalah yang sering dihadapi oleh petani di berbagai daerah di Indonesia. Kondisi ini tentunya membawa dampak negatif yang signifikan, terutama dari segi ekonomi.
Ada beberapa faktor utama yang menjadi penyebab menurunnya hasil panen cengkeh. Perubahan iklim dan cuaca ekstrem. Ini adalah salah satu penyebab terbesar.
Curah hujan yang tidak menentu, terlalu banyak hujan di awal tahun atau kekeringan panjang, dapat mengganggu proses pertumbuhan bunga cengkeh. Tanaman cengkeh sangat sensitif terhadap perubahan iklim.
Hasil panen cengkeh di Tana Toraja masih di bawah harapan salah satunya disebabkan oleh kekeringan yang melanda. Kekeringan ekstrem ini diduga kuat akibat fenomena El Nino.
Panas yang berlebihan dan kurangnya curah hujan dapat menyebabkan tanaman cengkeh layu, bahkan mati. Kekeringan juga dapat meningkatkan risiko kebakaran lahan yang merusak perkebunan cengkeh.
Selain itu, masalah lain yang dihadapi oleh petani cengkeh di Tana Toraja adalah adanya hama penggerek batang.
Hama ini menyebabkan banyak pohon cengkeh menjadi gersang dan mati, sehingga produksi menurun drastis. Berbagai metode telah dicoba untuk mengatasi hama ini, tetapi masalahnya masih terus berulang.
Terbatasnya kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam dan kurangnya tenaga terampil juga menjadi faktor yang berkontribusi pada rendahnya hasil panen.
Masih terdapat pula warga yang masih menerapkan metode pertanian cengkeh tradisional yang berakibat pada kurangnya perawatan dan budidaya yang optimal.
Banyak petani yang masih mengandalkan cara-cara tradisional dan kurang melakukan perawatan rutin seperti pemupukan, perompesan kuncup, atau pengendalian hama secara tepat.