Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024 - I am proud to be an educator

Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024. Guru dan Penulis Buku, menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manajemen Sampah dari Sekolah sebagai Bagian dari Ibadah

14 Maret 2025   16:37 Diperbarui: 14 Maret 2025   16:37 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kotak pembuangan sampah di jalur masuk sekolah. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sampah telah menjadi masalah manusia di semua bagian bumi. Setiap hari jutaan ton sampah dihasilkan. Plastik dan sisa makanan adalah dua jenis sampah yang kini paling umum diproduksi masyarakat.

Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia telah menjadi langganan penyumbang sampah plastik di peringkat tiga besar dunia. Ini tentunya adalah warning yang wajib disikapi dengan serius oleh negara kita. Berbagai macam ajakan, himbauan hingga aturan belum mampu meminimalisir produksi sampah.

Secara nasional, belum ada industri resmi yang dikelola oleh negara dalam hal pengelolaan sampah. Kalau pun ada, pengelolanya adalah pribadi, LSM dan swasta. Sehingga tidak mengecewakan jika hanya sekelas pemulung yang setia mengumpulkan aneka ragam sampah yang bisa didaur ulang. Sampah tersebut berupa besi, kaleng, botol plastik PET, kardus dan kertas. Sementara sampah dari sisa makanan masih dibiarkan liar hingga membusuk dan terurai proses alam.

Jika di tingkat pemerintahan sampah masih susah dikendalikan, maka tidak ada salahnya untuk memulai di lingkungan pendidikan dan keagamaan. Di masa bulan Ramadan saat ini, bisa menjadi sebuah momentum untuk melakukan intervensi pada sampah.

Salah.satu kelas yang mengumpulkan botol air minum plastik dalam kardus di kelas. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Salah.satu kelas yang mengumpulkan botol air minum plastik dalam kardus di kelas. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Di sekolah, saya memulainya dari kelas-kelas yang saya ajar. Berbekal pengalaman berharga dari Pulau Jeju, Korea Selatan di mana semua elemen masyarakat, mulai dari anak TK hingga lansia memiliki kepedulian dan partisipasi yang sangat tinggi dalam hal pelestarian lingkungan, dalam hal ini manajemen sampah. 

Sejak bulan Januari 2025, saya mulai memberikan edukasi kepada siswa terkait dampak dan manajemen sampah. Siswa wajib mendapatkan pengetahuan dan sumber informasi tentang bahaya jangka panjang perubahan iklim dan pemanasan global karena sampah.

Ketika memasuki bulan Ramdan, saya semakin memperkuat kepedulian siswa lewat pendekatan nilai-nilai keagamaan. Meskipun saya seorang non Muslim, tetapi niat untuk berbuat kebaikan sederhana tetap bisa terlaksana seiring dengan niat memperkuat spiritulitas siswa Muslim di kelas.

Siswa mulai disiplin membawa tumbler berisi air minum saat ke sekolah. Hal ini sedikit mengurangi produksi sampah air kemasan plastik. Kalaupun ada, siswa menyiapkan kardus atau karung sebagai tempat mengumpulkan botol-botol PET. 

Demikian pula dengan sampah berupa kardus dan kertas. Siswa mulai telaten menyimpan kertas yang tak terpakai. Kertas dan kardus kini tidak terbuang di bak sampah pembuangan yang ada di samping di jalur masuk lingkungan sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun