Mohon tunggu...
Mas Ovic
Mas Ovic Mohon Tunggu... Lainnya - Gak tau

Driver gojek

Selanjutnya

Tutup

Bola

Mengajarkan Permusuhan lewat Sepak Bola

27 Februari 2017   21:16 Diperbarui: 27 Februari 2017   21:18 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dengarkan lagu ini sebagai pengiring membaca artikel tak beguna ini


Terserah orang mau menilai benar atau salah tulisan saya ini, yang jelas inilah yang banyak saya temui di negeri ini. Suporter sepakbola di indonesia dikenal sangat fanatik, bahkan fanatiknya sudah di level dewa, level paling atas. Saya tidak akan menyebutkan suporter mana, tapi coba lihat di youtube yel-yel suporter A untuk suporter B, ada salah satu yang menghina, mencaci maki, padahal kita ini indonesia, satu negara yang seharusnya bersahabat, tidak bermusuhan.

Yang saya khawatirkan adalah bagaimana jika di dalam stadion yang sedang ramai dengan yel-yel hinaan dan caci makian itu ada anak kecil yang sedang duduk manis di pangkuan ibu atau bapaknya. Yel-yel kotor itu masuk di otak anak tersebut dan terbawa sampai dewasa hingga terdoktrin bahwa suporter dari kota A adalah musuh saya sebagai suporter dari kota B. Hingga berpikir bahwa saya dan anak dari kota A bermusuhan (meski secara tidak langsung). Bahkan yang lebih parah lagi jika ada mobil dari plat kota A datang ke kota B yang di mana kota tersebut adalah basis 2 suporter yang bermusuhan, mobil itu dirusak dilempari batu dan (jangan sampai terjadi) dipukuli pemilik mobilnya. Hal ini pernah terjadi saat salah satu klub salah satu kota menjadi juara, saat perayaan pesta juara.

Bahkan anak-anak kecil sudah tercuci otaknya (tentang permusuhan) dimulai dari obrolan orang-orang di sekitarnya, mereka mendengar (meski secara tidak langsung) caci maki dan hinaan yang dibicarakan oleh orang-orang di sekelilingnya hingga ikut-ikutan memusuhi (padahal tidak tahu alasan sebenarnya). Meski kita berharap sepakbola itu ramah untuk ibu-ibu dan anak-anak, namun kenyataan di lapangan berbeda. Banyak pemain sepakbola indonesia itu bertingkah ugal-ugalan saat main bola, berbeda dengan sepakbola luar negeri. Meskipun ada adu jotos di sepakbola luar negeri, tapi sepakbola di sana maju, tidak seperti di nusantara ini.

Saya pernah dulu sekali mendengar obrolan anak-anak yang sedang main di sebuah gang, tebak apa yang dibicarakan. Mereka mengatakan bahwa mereka itu suporter klub A jadi suporter klub B itu adalah musuh mereka. Untuk apa mengahabiskan tenaga untuk pesta sepakbola yang tidak ada perkembangan seperti ini, permusuhan lagi. Saya pernah menulis tentang Perlukah Suporter Bersatu Agar Timnas Maju, dan itu adalah cita-cita saya tidak ada permusuhan, cita-cita yang mustahil sebenarnya, karena saya masih senang memusuhi orang. Tapi saya sudah mulai berpikir bahwa permusuhan itu sangat tidak ada gunanya.

Ayo kita bersama-sama menjadi orang baik demi majunya segala aspek dalam diri kita sebagai manusia, bangsa, dan tanah air. 

Denpasar, 27/02/2017.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun