Mohon tunggu...
Ouda Saija
Ouda Saija Mohon Tunggu... Dosen - Seniman

A street photographer is a hitman on a run.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Berburu Tupai di Chicago

5 Desember 2012   22:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:07 3019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_227810" align="aligncenter" width="553" caption="Tupai narsis."][/caption] Dari dulu sampai sekarang berburu tupai alias bajing memang mengasyikan. Kalau jaman dulu saya berburu tupai untuk digoreng. Tupai di desa saya dianggap hama karena tupai makan kelapa. Kelapa bagi penduduk desa adalah salah satu hasil kebun yang penting. Hampir semua masakan terasa lebih gurih karena memakai santan. Santan dipakai hampir di semua sayur di desa. Kelapa juga dipakai untuk bumbu berbagai masakan. Kelapa juga bisa dibuat minyak goreng. [caption id="attachment_227811" align="aligncenter" width="614" caption="Ikutan Halloween."]

1354746388128522063
1354746388128522063
[/caption] Karena pentingnya peran kelapa di desa maka hamanya sering dianggap sangat mengganggu oleh masyarakat. Berbagai upaya untuk membasmi hama pohon kelapa dilakukan. Salah satu hama yang sering merisaukan adalah tupai. Cara tradisional untuk menghalau tupai dari pohon kelapa adalah memasang pembuat bunyi dari bilah bambu. Dua bilah bamboo yang dipasang di pohon ini dihubungkan dengan tali ke bawah. Kalau tali ditarik dua bilah bambu ini akan saling memukul dan menimbulkan bunyi. [caption id="attachment_227812" align="aligncenter" width="439" caption="Berpelukan."]
1354746462610802089
1354746462610802089
[/caption] Anak-anak kecil dan remaja juga berpartisipasi memberantas hama tupai ini. Mereka memakai ketapel untuk memburu tupai. Ketika yang dipakai mengusir tupai masih alat-alat tradisional, populasi tupai masih cukup banyak. Ketika kemudian dipakai senapan angin untuk membasmi tupai yang mulai popular pada tahun 1980an, populasi tupai menurun drastis. Laju perkembangbiakan tidak sebanding dengan laju kematian yang diakibatkan oleh manusia. [caption id="attachment_227813" align="aligncenter" width="522" caption="Tupai Grand Canyon."]
1354746580171719385
1354746580171719385
[/caption] Penurunan ini juga mungkin terjadi karena jumlah pohon kelapa yang mulai berkurang. Jumlah penduduk bertambah dengan pesat dan luas lahan tidak bertambah. Banyak lahan yang dulunya untuk menanam pohon kelapa menjadi lahan untuk mendirikan rumah. Di Chicago tupai-tupai bebas berkeliaran. Mereka bersarang dan makan dari berbagai tumbuhan perindang yang ada di tepi jalan atau di taman-taman. Karena di sini tidak ada pohon kelapa maka mereka tidak dianggap sebagai hama yang mengganggu. [caption id="attachment_227814" align="aligncenter" width="614" caption="Santai di bawah pohon."]
135474667983539975
135474667983539975
[/caption] Daging tersedia melimpah dan cukup murah di toko-toko jadi tidak ada yang tergiur untuk mencoba daging tupai yang gurih. Tupai yang gemuk-gemuk di taman pun sekarang hanya saya buru dengan kamera. [caption id="attachment_227815" align="aligncenter" width="614" caption="Si Kuping belah."]
13547468251804891891
13547468251804891891
[/caption] Karena tidak bermusuhan dengan manusia maka mereka cukup jinak. Foto bisa diambil hanya berjarak beberapa meter dari mereka. Meskipun mirip ternyata ada berbagai jenis tupai. Ada yang telinganya berbulu ada yang tidak. Warnanyapun sedikit berbeda. Tupai yang saya jumpai di Grand Canyon juga sedikit berbeda dengan yang saya jumpai di taman-taman dekat Chicago. [caption id="attachment_227816" align="aligncenter" width="614" caption="Berjemur di Grand Canyon."]
13547469331719515228
13547469331719515228
[/caption] Selamat menikmati tupai buruan saya ini, jangan berpikir tentang tupai goreng. Mungkin sekarang saatnya melestarikan tupai supaya tidak punah.

13547470181596216251
13547470181596216251

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun