Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anak yang Tak Terlihat Perjuangannya

11 Desember 2016   12:23 Diperbarui: 11 Desember 2016   19:00 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)

Dua anak perempuan itu. Lucu banget. Rambutnya tergerai. Satu ngikal dan satu lurus. Hiiikkk. Mereka merdeka. Mau marah ditunjukkan. Mau sebel ya ditunjukkan. So, terkadang orang bilang mereka kurang ajar.

Upss. Tapi banyak yang kusuka dari mereka. Ekspresinya. Terus nggak mau buang sampah sembarangan. Sampah kecil mereka kantongi. Sampah besar dimasukin dalam tas. Sampai di rumah atau di tempat yang ada pembuangan sampahnya mereka baru buang.

Mereka sering ditinggal secara berkala oleh kedua orangtuanya. Tugas. Hikkk. Di saat maha penting dalam hidupnya pun, mereka ditinggal. UN SMU dan juga ikut ujian perguruan tinggi negeri. Bersyukur. Mereka lolos UN dan juga lolos ujian perguruan tinggi negeri.

Itu dua anak perempuan yang menggemaskan dan menjengkelkan plus menyegarkan hidup. Kadang mereka meminta sesuatu itu pada waktu yang mepet. Ampun dj. Lah, kalau pas duit tidak ada bagaimana? Loh, bapaknya saja oleh si anak berambut lurus dijuluki sebagai pengangguran tak kentara. Wak wak wak.

http://www.breathecast.com
http://www.breathecast.com
Yup, kita tinggalkan dua anak perempuan itu. Di sebuah kegiatan jelang tujuh belasan lalu di lapangan MTQ Lahat. Ada anak lelaki lucu berbadan lumayan gede. Gurunya dibuat pusing. Pasalnya si anak susah diatur.

Entah apa yang menyebabkan lensa ini tiba-tiba mengarah ke dirinya. Si anak ini terlihat melet-melet. Mukanya cakep tapi kalau di foto sepertinya sengaja membuat tukang fotonya gemes. Hikkszz.

Singkat tulisan. Ternyata anak laki-laki berbadan lumayan gede ini duduk di kelas 4 SD. “Bantu gurumu. Bantu teman-temanmu. Pintar. Ganteng. Nggak ada guna kalau tidak berperilaku baik pada sesama dan keluarga,” kataku. Eh si bocah, ngangguk. Hikkzzz.

Si guru cerita kalau si anak itu termasuk di atas rata-rata. “Ulangannya rata-rata di atas 90. Cuma jangan tanya perilakunya agak nakal dan susah diatur,” ungkap sang guru.

Esok harinya. Iseng saja aku ketika sedang melanjutkan latihan baris berbaris. Aku mintai tolong dia untuk membagikan makanan ringan dan air minum pada teman-temannya. Eh walah. Nurut. Kardus yang lumayan besar itu dia angkat dan dia bagikan makanan ringan dan minuman itu pada teman-temannya dari depan hingga ke belakang.

Wajahnya sumringah. Keringat jelas mengucur dari jidatnya. Hikzzz waktu itu matahari bersinar membuat lapangan MTQ membara hingga 40 derajat.

Hari selanjutnya iseng aku tanya. “Bapak dan emakmu di mana?” “Bapak di Jakarta kerja. Emak buka warung di Palembang.” “Kamu tinggal sama siapa?” “Sama tante. Bapak sebulan sekali pulang. Emak setiap JSM.” “Apa itu JSM?” “Jumat Sabtu Minggu, om,” kata si bocah sambil tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun