Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Misogini dan Misandria

12 Juli 2019   19:07 Diperbarui: 12 Juli 2019   19:10 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pinclipart.com

Seorang istri yang memburukkan suaminya selama bertahun pada pasangan selingkuhannya terkejut ketika sang suami mengetahui perbuatannya. Sang suami pun akhirnya mengetahui kalau keburukan dirinya tidak hanya diceritakan pada selingkuhan istri tetapi juga pada teman-teman istrinya.

Persoalannya adalah apakah apa yang diceritakan istrinya itu betul semua, buruk semua? Belum tentukan. Itu hanya kebencian semata untuk menarik simpati selingkuhannya yang ternyata sudah beristri pula.

Seorang suami memburukkan istrinya pada perempuan lain sebenarnya sama saja sih dengan dua paragraf di atas. Sama-sama minta perhatian dengan lawan jenis. Sama-sama berlari dari kenyataan, berlari dari pasangannya sesaat. Ujung-ujungnya sama saja, selingkuh.

Jarang ada lelaki atau perempuan curhat menjurus memburukkan pasangannya dengan sesama jenisnya. Tidak percaya, silahkan kita intropeksi diri. Atau kalau ada teman yang menjurus silahkan diresapi. Atau kalau ada tulisan di media sosial silahkan direnungkan.

Lalu kalau sudah lepas ikatan alias cerai, bolehkah suami atau istri memburukkan pasangannya?  He he he  kalau bisa jangan. Kenapa dikatakan kalau bisa jangan karena tidak ada yang bisa mencegah seseorang untuk tidak melakukan menyebarkan, memberitahu, pada orang lain mengenai keburukan mantan pasangan suami ataupun istri. Menyebarkan keburukan mantan, ditambahi bumbu sangat sedap.

Memburukkan pasangan sebenarnya adalah seperti memukul air di dulang. Pasti kena muka sendiri. Atau paling tidak lengan yang basah. Main air kalau nggak kena air ya  bohong.

Pertanyaan sederhananya adalah mengapa dulu mau,  sekarang  kok  mengungkapkan keburukannya pada orang lain. Kalau ada dua orang berbeda dengan segala macam latar belakang kemudian hidup bersama dalam satu mahligai perkawinan maka akan bohong, bila semuanya baik, tak pernah ribut. Keburukan akan muncul. Kejelekan akan terlihat.  Lah,  wong  keduanya pernah saling lihat alias menelanjangi atau ditelanjangi.

Lantas apakah ketika diri sudah merasa  nggak  cocok lagi, terus diumbar ke publik keburukan fisik dan tingkah laku pasangan. Janganlah  woiii.  Diri ini belum tentu lebih baik dan bagus dari orang yang kita burukkan.

Suami memburukkan istri atau mantan istri  hadewww.  Pikirannya  nggak  sepanjang kakinya.  Please  deh. Ketika seseorang sudah pernah terikat dan diberi kepercayaan untuk melihat segalanya, diberi keindahan, diberi kenikmatan masih diburukkan, otak  kok  tiba-tiba jadi hilang.

Istri memburukan suami atau mantan suami.  Walaahhh.  Pikirannya  nggak  sepanjang rambutnya. Jangan  deh.  Ketika seseorang sudah terikat dan diberi kepercayaan untuk melihat segalanya, diberi ketampanan, diberi kenikmatan masih diburukkan, otak  kok  tiba-tiba jadi hilang.

Ini bukan persoalan  misogini  (benci dengan kaum perempuan) atau  misandria  (benci dengan kaum laki-laki) tetapi ini persoalan pribadi ke pribadi. Pasti akan ada yang ngomong, tidak semudah itu Ferguso.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun