Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pernyataan Bu Susi Membongkar Mindset Perempuan dan Laki-laki

18 Maret 2018   09:57 Diperbarui: 18 Maret 2018   10:13 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inez Indriyani Foto: https://inezfitnes.com

Mau lihat perempuan yang berperan dan mengorbankan diri dan berkorban bagi keluarganya.  He he he.  Lihatlah sekeliling. Masih belum terlihat juga. Pergilah ke pasar pagi-pagi.  Nah,  kalau kita tak ketemu  wak wak wak,  artinya kita perlu mendefinisi ulang yang dimaksud dengan peran perempuan.

Aku di dusun setiap pagi melihat perempuan-perempuan yang perkasa malah. Mereka  ngamben kinjar*)  dengan beban yang lumayan berat. Belum lagi tangannya juga terkadang masih membawa kayu bakar.

Aku pergi ke kalangan. Peserta kalangan itu berjibaku sejak dini hari berangkat dari dusun ke dusun lain yang sesuai dengan hari kalangan. Melawan kantuk, dingin dan lelah. Melintasi jalanan bertepi jurang di Punggung Bukit Barisan Sumatra.

Di pasar kalangan mereka membongkar barang di tengah temaram lampu pasar. Sungguh ajaib, karena mereka sudah bertahun membongkar barang di gulita sehingga mereka tahu persis letak lapak mereka.

Mejelang matahari terbit, barang sudah tergelar dan warga desa dan warga desa lainnya berdatangan membeli barang yang dibutuhkan. Transaksi berlangsung cepat.

Sekitar pukul 10 kalangan sudah membubarkan diri. Lapak-lapak pun ditutup diangkut dengan mobil  pickup  mencari esok kalangan di desa lain.

Perempuan-perempuan di kalangan bawah ini tidak pernah mikir mengenai   feminisme,  gender  budget,  gender  awareness,  gender  sensitivity,  kesataraan  gender  atau  keterwakilan  perempuan  di  parlemen.  Perempuan ini adalah pekerja yang bekerja yang mengerjakan apa yang harus dikerjakan agar dapur  ngebul,  anak sekolah dan beban suami dalam menanggung rumahtangga berkurang.

Tidak butuh seremonial yang ribet apalagi teori besar kapitalis ataupun sosialis ataupun teori lainnya. Bagi mereka barang ada dan mereka bisa jualan dengan keuntungan super tipis. Dan esoknya jualan lagi. Mereka tidak butuh pemberdayaan atau bahasa akademisnya  empowerment.  Bagi mereka, mereka sudah berdaya.

Perempuan Perkasa Mendaki Menuruni Bukit Barisan Menembus Semak ke Kebun Kopi Ngamben Kinjar I Foto: Dokumentasi Pribadi
Perempuan Perkasa Mendaki Menuruni Bukit Barisan Menembus Semak ke Kebun Kopi Ngamben Kinjar I Foto: Dokumentasi Pribadi
Dalam kontekstual ini, perempuan-perempuan di dusun yang berjibaku di kebun kopi, karet dan juga kebun sayur adalah perempuan-perempuan tangguh yang berkerja dan terus berkerja. Mereka kalau diambil fotonya tertawa dan tersenyum.

Aku berharap satu waktu diantara mereka ada yang menjadi juragan sayur, juragan kopi, juragan ikan dan juragan-juragan lainnya. Cukup di tingkat desa ataupun kalangan. Kalau ada yang tembus jadi juragan di tingkat kabupaten dan provinsi sungguh suatu anugerah.

Mereka apa adanya. "Cukuplah aku diberi kesehatan agar dapat terus jualan. Rezeki sudah ada yang mengatur. Kami ini cuma menjalaninya agar dapat membuka pintu rezeki," kata Aminah, suatu Subuh di Kalangan Tanjung Tebat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun