Mohon tunggu...
Ananto W
Ananto W Mohon Tunggu... Administrasi - saya orang tua biasa yang pingin tahu, pingin bahagia (hihiHI)

pernah bekerja di sektor keuangan, ingin tahu banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersyukur? Kira-kira Begini Caranya

23 Maret 2018   09:00 Diperbarui: 23 Maret 2018   09:07 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: theodysseyonline.com)

Ayo Bersyukur. 

Setiap hari media sosial  mengajak kita bersyukur. Saya kadang sebal karena yang mengirim itu cuma potong tempel, mungkin tanpa pernah dibaca. Sebal juga karena pas membaca saya lagi bad mood. Sebal saya karena yang kirim itu lagi hepi-hepi karena berhasil ini dan itu. Terang-terangan saya juga iri hati.

Caranya bersyukur itu bagaimana? Berikut ini cara-cara untuk bersyukur yang saya ambil dari berbagai sumber tentang tata cara hidup bahagia dan ilmu psikologi perilaku. Kurang lebih bersyukur itu berarti mencoba menjadikan diri kita ini orang yang berbahagia.

1. Bersyukur ya bersyukur. Titik. Hal ini menantang, kalau tidak dibilang sulit, untuk  dilakukan karena seseorang mengingat masa lalu yang sudah menjadi pengalaman dan mengantisipasi masa depan yang masih menjadi harapan. Bersyukur itu selayaknya hidup di masa kini. Being now.Robin Sharma, motivator pengarang buku The Monk Who Sold His Ferarri, berkisah. Dia diminta untuk melakukan meditasi yaitu merasakan dirinya saat ini. Duduk diam, atur napas, rasakan sekitar kita. Oh, gampang itu, jawabnya.

Ternyata dia salah, baru berapa detik pikirannya sudah melayang ke hal-hal lain. Ketika dibalikkan ke saat ini, pikirannya cuma berhasil beberapa saat. Begitu seterusnya. Maka dalam satu menit dia sudah merasa berusaha keras. Menurut ahli, seseorang itu otaknya mengalami 70.000 pikiran sehari. Bayangkan saja bagaimana seseorang bisa menikmati saat ini. Padahal menikmati saat ini adalah salah satu tanda bersyukur.

2. Pikir positif selalu. "Selalu"nya tidak tepat karena berpikir positif dan berpikir negatif itu seperti arus yang silih berganti datang dan pergi. Sialnya pikiran begatif itu menetap lebih lama, lebih dalam. Pikiran negatif dan pikiran positif juga bukan matematika yang saling mengurangi. Keduanya akan ada di pikiran kita. Maka kita perbanyak pikiran positif sehingga pikiran negatif dapat ditekan.

3. Hindari hedonic treadmil. Kita ini bisa tidak habis-habis cari kesenangan seperti sedang treadmilan Kondisi ini seperti orang naik sepeda yang apabila berhenti orang akan jatuh. Jadi apabila dengan gaya hidup tertentu seseorang sudah bahagia, jangan gaya hidupnya ditingkatkan. Pada tingkat penghasilan tertentu, menurut penelitian, seseorang akan bahagia. tetapi apabila penghasilannya meningkat, kebahagiaannya hanya naik sedikit. 

4. Rumput tetangga pasti lebih hijau, hindari social comparison Di Kanada pernah diteliti perilaku satu kompleks perumahan yang salah satu anggotanya menang lotere. Ternyata tetangga si pemenang itu kemudian mulai berperilaku konsumtif. Kita disarankan untuk tidak membandingkan diri dengan tetangga karena itu seperti kompetisi yang tidak berakhir. Sedangkan kita tidak akan pernah merasa puas.

5. Nikmati saat ini. Lihat lini masa (timeline) hidup secara utuh. Survei untuk mengukur kebahagiaan sesorang dilakukan dengan menanyakan perasaan responden saat ini dan penilaiannya terhadap hidupnya. Bisa jadi kita saat ini lagi bokek, tetapi bila melihat ke belakang kita menemukan bahwa kesejahteraan kita sudah meningkat dari awal kita memulai karier. hal itu tentu saja pantas disyukuri.

6. Jalani misteri hidup. Life is a box of chocolate, you'll never know what u can get (filem  Forrest Gump) Kita sulit menerangkan peristiwa-peristiwa yang kebetulan dalam hidup. Kita akan terharu karena ada penyelenggaraan hidup yang di luar perkiraan, di luar rencana kita. ada teman yang menolong, keluarga yang mendukung. Bahkan orang asing yang menolong. 

7. Bergerak, bersosial. Lihat dunia.  Seseorang seharian menjadi couch potatodi depan teve bisa pegal-pegal dan malahan kusut pikirannya. seorang Direktur yang sehat di usia tua mengatakan kita harus selalu bergerak, jangan diam. Hal itu benar. bergerak, bersosial, pikiran akan terbuka. Dengan pikiran yang terbuka kita bisa menilai diri sendiri lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun