Mohon tunggu...
Mohammad Sofyan Abdul
Mohammad Sofyan Abdul Mohon Tunggu... Lainnya - orphaless

filsafat ekonomi politik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hiperrealitas dan Gaya Konsumsi Manusia

18 Januari 2021   23:17 Diperbarui: 18 Januari 2021   23:18 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Peradaban Modern adalah awal pergeseran gaya berfikir manusia dari teo-sentris menjadi antroposentris, yang memusatkan segala sesuatu kepada manusia. Hal ini didasarkan kepada kritik atas agama yang sangat mengekang dan totaliter. Titik fokusnya dari peradaban ini hanyalah aspek Rasionalitas dan empirisismenya, akal dan panca indra, karena titik fokusnya pada dua hal itu menjadikan manusia modern menganggap kenyataan adalah yang materi karna hanya materi yang dapat dilihat panca indra.

Nah modern yang titik tekannya materi ini masuk ke semua cabang ilmu, hampir semua mode berfikir manusia, termasuk ilmu-ilmu sosial. Misalnya antara lain Karl marx yang menjadi dasar banyak cara berfikir analisis dan kritik sosial yang disebut materialisme historis, bahwa yang menentukan sejarah manusia, peradaban manusia yaitu aspek materinya. Aspek materi inilah yang ranahnya pada kehidupan sosial kita disebut ekonomi. Maka wilayah paling penting dalam hidupnya orang modern adalah ekonomi. Aspek yang mengurusi materi dan menata materi.

Menurut Karl Marx karena kita fokusnya ke aspek materi maka kuncinya yang dibutuhkan manusia adalah aspek produksi, dalam hal ini menjadikan siapa saja yang bisa menciptakan materi yang dinutuhkan manusia dia akan menguasai peradaban. Siapapun yang bisa memproduksi baju dia adalah kunci, siapapun yang bisa memproduksi makanan dia adalah kunci. Jadi siapa yang bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan ekonomi manusia dia adalah kunci. Dan kebetulan tidak semua orang memiliki alat produksi, hanya orang-orang kaya-lah yang memiliki alat produksi yang disebut Marx sebagai kelompok borjuis, merekalah yang menguasai peradabannya manusia yang Marx sebut sebagai peradaban kapital. Nah jaman ini disebut mode of produksi.

Tapi jaman paska modern terjadi pergeseran bukan hal itu lagi kuncinya. Para pemilik modal yang memproduksi sesuatu bisa hancur dan bubar, kenapa ?, karena banyak orang yang menguasai produksi, bukan hanya satu dua orang. Maka sekarang mereka harus tau apa keinginannya konsumen, apa permintaan pasar, rakyat butuh apa mereka sediaan, makanya sekarang fokusnya bergeser dari produksi ke konsumennya. Ini dinamakan mode of consumption

Sekarang bergeser lagi para produsen ini dari apa kebutuhannya pasar bisa menciptakan apa yang harus kita butuhkan. Jadi para produsen ini secara samar-samar mengatur apa yang harus kita butuhkan, dan kita tidak sadar bahwa mereka mengatur kita. Caranya dalah sengan simbol-simbol yang kita lihat hari ini. Inilah yang dikenal dengan hiperrealitas. Yaitu dunia dimana melampaui realitas, dimana tanda-tanda, simbol-simbol yang semula tidak nyata dibuat seolah nyata dan kita konsumsi setiap hari dan akhirnya kita anggap itu nyata. Hal ini membuktikan kenapa kita bisa lebih memilih smartphone bermerk dari pada yang biasa padahal kualitasnya tidak kalah jauh, tapi karena labenya beda, kita menjadi memilih itu. Dan itu secara sengaja diciptakan oleh para produsen agar produk mereka terjual. Dalam hal ini produsen yang dulu memahami diri kita dan melayani kita sekarang berubah menjadi menciptakan kebutuhanmu dan merayu kita untuk butuh produknya.

Hal ini menjadikan yang kita konsumsi bukan lagi kebutuhan tapi rayuan para produsen. Yang itu sifatnya hanya simbolik. Kita hanya mengkonsumsi simbol-simbol yang diciptakan produsen. Orientasi konsumsi kita menjadi bergeser yang semula dari kebutuhan hidup menjadi gaya hidup. Tidak cukup kebutuhan hidup kita terpenuhi tetapi terpenuhi sesuai tren hari ini. dalam sistem ini hubungan masyarakat di tentukan oleh apa yang kita konsumsi. Lahirlah kelas-kelas sosial tergantung dari apa yang mereka konsumsi. Disadari atau tidak konsumsi mengkotak-kotakan kita dalam bermasyarakat. Dari hal ini menciptakan apa yang disebut jarak sosial yang diakibatkan oleh pilihan selera. Jika Descrates mempunyai slogan "aku berfikir maka aku ada" manusia hari ini memiliki slogan "aku mengkonsumsi maka aku ada".

Dan pada akhirnya kebiasaan kita mengkonsumsi simbol ini di manipulasi. Hari ini kita terjebak dalam manipulasi simbol ini. Kita beranggapan bahwa simbol adalah sesuatu yang real dan oleh mereka dimanipulasi. Kita sering terjebak terhadap iklan yang memaparkan produknya dengan berbagai hal yang bagus yang oleh kita dianggap sebagai makna produknya tersebut. Sehingga isi pesan kalah oleh kemasannya menjadikan orang terpesona oleh kemasannya. Itulah sekarang yang banyak terjadi hari ini. Efek dari orang-orang mengonsumsi simbol lama-lama maknanya hilang, yang ada hanya simbolnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun