Mohon tunggu...
Harun Anwar
Harun Anwar Mohon Tunggu... Desainer - Menulis sampai selesai

Lelaki sederhana yang masih ingin tetap tampan sampai seribu tahun lagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada Saatnya Kau akan Menikah

21 Mei 2022   10:02 Diperbarui: 21 Mei 2022   10:19 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Gramedia.com

Alkisah, ada seorang perempuan bernama Naira yang baru saja menikah. Usianya 38 tahun saat hari itu. Sedang lelaki yang sah menjadi suaminya lebih tua setahun. Mereka merayakan pernikahan yang sederhana dengan gembira serta penuh syukur. 

Anggota keluarga, kerabat, teman, maupun orang-orang yang hadir turut memberi doa-doa dan pengharapan terbaik untuk keduanya.
     
Di antara warga kampung, pernikahan itu adalah yang paling ditunggu-tunggu sekaligus paling tidak disangka. Selain juga itu menjadi pernikahan yang membuat tidak sedikit pasangan suami istri menjadi iri. 

Rasa iri dalam konteks yang tidak buruk tentunya.
         
Pernikahan mereka tak salah jika sampai bikin banyak orang iri. Ia yang berlandas keyakinan tingkat tinggi, ilmu yang memadai dan uluran doa-doa rupanya bisa bertahan hingga keduanya memasuki usia sepuh. Warna ceria di hari ijab kabul tak luntur oleh waktu. 

Dari rahim rumah tangga keduanya lahir anak-anak terbaik di kampung itu, puluhan cucu yang pintar dan soleh soleha menurun bak air.

Usia keduanya masing-masing nyaris 90 tahun kala takdir juga yang datang memisahkan menjadikan Naira menjanda di usia yang amat tua. Lalu tak jua berselang setahun ia pun menyusul sang suami untuk menggenapkan kehidupan dunianya.
       
Setengah abad melenggang berdua di atas roda waktu tak serta merta mereka jalani tanpa onak dan duri. Kerikil-kerikil bahkan seiring memaksa mereka untuk sejenak melonggarkan langkah namun tak sampai tertatih.
       
Rentetan ujian dalam pernikahan dihadapi dengan cakap. Bertimbun bekal yang dibawa semenjak muda menuntun mereka bisa lebih tegar menghadapi badai, kuat menahan hujan, dan terlampau lapang untuk setiap kenikmatan yang hadir.
   
Setiap anak yang lahir dari keduanya tumbuh di bawah atap madrasah terbaik yang mereka rancang sendiri serta kurikulumnya disusun sejak jauh hari. Anak-anak mereka mendewasa dengan tuntunan paling elok dari tangan-tangan yang bijaksana.

______      
Bertahun-tahun lamanya Naira adalah perempuan lajang yang menghabiskan lebih banyak waktunya sebagai warga kampung dengan berbagai aktfitas. Ia aktif di bidang sosial dan terjun di ranah pendidikan kampungnya untuk memberi banyak partisipasi.
     
Di kala usia memasuki gerbang kedewasaan ia mulai melihat satu demi satu teman perempuannya dijemput laki-laki asing untuk hidup bersama. Tak terbilang berapa kali pemandangan prosesi pernikahan teman sendiri ia saksikan. 

Tak terhitung jua berapa undangan resepsi nikah teman-teman dan kerabat yang mampir di teras rumah atas namanya sendiri dan ia cuma datang memenuhinya satu demi satu bersama bapak dan ibunya.
         
Silang pertanyaan dan singgungan pun pelan-pelan melayang padanya. Atau pada dua orang tuanya. Ini perihal kapan ia baru akan menikah.
     
Saat usianya 25 pertanyaan kapan menikah itu datang seperti air bah dari lautan. Tapi ia tetap tenang. Juga pertanyaan siapa laki-laki yang menjalin kasih dengannya pun kerap membuat penasaran orang-orang. 

Dan seperti pada umumnya, rasa penasaran manusia memang tak pernah konsisten dan sangat sedikit yang bisa panjang umur. Orang-orang itu memilih diam dan tak lagi bertanya serta mencari-cari tahu.
         
Menjelang usia 30 adalah masa kritis bagi perempuan menurut anggapan banyak kalangan jika yang bersangkutan belum juga menikah. Rasa penasaran orang-orang tadi kemudian bersalin menjadi kecurigaan.
       
Naira masih tetap seperti biasa. Urusan mengenai jodoh ia simpan rapat-rapat dalam dirinya dan cuma ia buka lebar bersama doa-doa saat di hadapan Sang Maha cinta. Dua orang tuanya pun tetap santai-santai saja saat anak perempuan mereka menginjak usia 31. 

Mereka cuma sesekali saling menatap tapi diam-diam juga tak pernah tertinggal untuk mendoakan jalan terbaik.
       
Laki-laki di kampung itu saban tahun banyak yang menikah. Namun belum pernah ada satu orang pun yang datang ke rumah mereka hendak melamar. Satu demi satu orang pulang dari perantauan untuk menikahi perempuan desa tapi ia selalu terlewat. 

Orang-orang di sekitar mulai terbiasa melihat Naira yang belum juga menikah.
         
Ia bukan tinggal diam saja melihat situasi itu. Menceritakan ke orang luar tak pernah jadi pilihannya. Ia cuma bisa terus berdoa. Bila kehendaknya memang akan menikah ia pasti menikah. Ia percaya ia cuma harus sabar. Dan tak lelah menggantungkan doa di langit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun