Mohon tunggu...
Rohman Aje
Rohman Aje Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Alhamdulillah, Hopefully I am better than yesterday

Seorang opinimaker pemula yang belajar mencurahkan isi hatinya. Semakin kamu banyak menulis, semakin giat kamu membaca dan semakin lebar jendela dunia yang kau buka. Never stop and keep swing.....^_^

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

WNA Cinta Pancasila dan NKRI

21 Februari 2019   11:27 Diperbarui: 21 Februari 2019   11:33 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Meski sudah menginjak bulan Februari, tapi cuaca di beberapa daerah di Indonesia masih terasa basah. Mendung dan hujan masih menemani suasana hari-hariku di sini, Tangerang. Tidak jarang saya berangkat kerja kehujanan.

Tidak lazim memang, di kala musim penghujan ini sudah lewat, tapi jagad langit Indonesia di awal tahun sekarang masih tetap mendung. Orang bilang musim pancaroba. Ini terjadi disebabkan oleh peralihan musim.

Apakah perlu musim penghujan ini dikeluhkan ? Bisa saja iya dan bisa tidak. Tapi bagi saya, musim hujan tetap akan menjadi berkah. Sebab, hawa panas kota yang terletak persis sebelah barat Jakarta ini jadi sejuk, ya minimal bisa sedikit ngadem.

Namun demikian, tetap saja ada hal yang masih mengganjal di hati saya. Mengapa hujan di tahun 2019 sekarang yang identik dengan hawa dingin ini tidak serta merta membuat masyarakat Indonesia turut adem (baca: tenang dan damai)?

Ternyata, penyebab utamanya adalah suhu politik Indonesia yang meningkat tajam. Terutama sejak kancah pertarungan pemilihan calon presiden (Capres) periode 2019-2024 dimulai. Sampai cuaca hujan di musim kemarau pun tidak cukup mampu menurunkan suhu panasnya.

Banyak orang mulai menjagokan masing-masing pilihan capresnya dengan berbagai macam cara. Dari cara yang baik, kreatif dan inovatif sampai cara kasar, buruk, tidak produktif dan cenderung berbau SARA.

Bila kita lihat dalam laman media sosial, seperti facebook misalnya, sumpah serapah dan caci maki soal capres ini seolah-olah menjadi makanan sehari-hari. Semoga ini masih dalam batas kewajaran. Sebab dalam sebuah demokrasi, kita bebas menentukan pilihan sesuai kehendak dan tentu saja perbedaan di dalamnya menjadi keniscayaan.

Saya sungguh berharap perbedaan pilihan dalam pesta demokrasi yang berlangsung sampai pada puncaknya nanti tanggal 17 April 2019 tetap terakomodasi dengan baik dan aman. Meski ada perbedaan yang menajam, semoga hal itu hanya ibarat percikan panas minyak saat memasak, karena masih bisa terobati.

Saya, sebagai satu dari sekian ratusan juta warga Indonesia sudah menentukan pilihan, begitu pun Anda yang akan kita gunakan bulan April nanti saat Pemilu (Pemilihan Umum) yang bersifat langsung, umum dan rahasia alias LUBER.

Lebih lanjut, sebaiknya kita jangan sampai abai menjaga kebhinekaan Indonesia nan indah ini yang dibingkai oleh ideologi Pancasila. Ini adalah sebagai rasa syukur atas anugrah ILAHI yang tiada tara yang telah memberikan surga nusantara dalam bentuk wajah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bila ingat pertengkaran demi pertengkaran politik sebagian warga dan netizen Indonesia setiap kali membuka media sosial dalam smartphone, lalu saya tak sengaja melihat video di bawah ini rasa-rasanya kok malu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun