Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mereka Tidak Mengalami Evolusi Moral

29 Oktober 2013   15:01 Diperbarui: 29 Februari 2020   21:12 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Menurut teori Evolusi, manusia modern atau homo sapiens ada karena suatu proses perkembangan yang panjang dan dalam rentang waktu lama. 

Proses  panjang dan lama itu terjadi karena manusia berkembang dari organisme sederhana menjadi makhluk yang relatif sempurna; dan segala sesuatu yang bertalian dengan manusia serta kemanusiaannya juga berkembang karena adanya proses evolusi.

Karena itu, seturut Teori Evolusi, para sosiolog - pemerhati moral dan perilaku, dan ilmuawan sosial lainnya, juga berpendapat (bahkan ada yang sangat yakin bahwa), semua bentuk kejahatan, amoral, kekerasan, kebrutalan, tak beradab, tanpa etika, dan lain sebagainya (yang dilakukan oleh manusia) merupakan sisa-sisa sifat binatang yang ada pada manusia. Nantinya, (karena manusia terus menerus mengalami perkembangan pada semua aspek) ketika manusia telah berhasil mencapai puncak peradaban, segala sisa-sisa sifat binatang pada dirinya akan hilang atau tak ada.

Sedangkan, menurut Agama-agama serta tokoh dan ilmuawan keagamaan, manusia, alam semesta, dan segala sesuatu adalah hasil ciptaan TUHAN Allah; hasil ciptaan yang penuh dengan  kesempurnaan. Karena kesempurnaan itu, manusia mampu bertambah banyak karena di dalam diri mereka tertanam naluri bertahan hidup serta kemampuan reproduksi. Di samping itu, manusia juga dilengkapi dengan berbagai kemampuan akal budi serta kreativitas, sehingga mampu beradaptasi dengan sikon hidup dan kehidupannya; bahkan menjadikan segala sesuatu di sekitarnya menjadi lebih baik serta memberi kenyamanan padanya.

Dan juga menurut agama-agama, pada sisi, manusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna; tetapi, di sisi lain, manusia tak lepas dari berbagai keterbatasan, kelemahan, dan ketidakmampuan.  Karena ada sisi lain tersebut,  maka manusia mudah tergoda oleh Iblis, sehingga mudah berbuat segala bentuk kejahatan.  Atau, semua bentuk kejahatan, amoral, kekerasan, kebrutalan, tak beradab, tanpa etika, dan lain sebagainya (yang dilakukan oleh manusia) merupakan akibat dosa manusia - manusia sebagai makhluk yang berdosa.

Oleh sebab itu, jika manusia (yang beragama), yakin bahwa dirinya ada serta bereksistensi bukan karena proses evolusi (yang kasarnya, berasal dari atau turunan  monyet), maka  melainkan hasil ciptaan Sang Pencipta, maka terus menerus berusaha agar menjadi baik, lebih baik, dan selalu baik; sekaligus meniru perilaku Penciptannya.

Jika seperti itu, bagaimana dengan mereka; ya mereka (yang katanya umat) beraganma tetapi melakukan kekerasan atas nama agama!? Seharusnya, sesuai pakem yang ada pada (ajaran) agama-agama, jika seseorang semakin menunjukan bahwa dirinya beragama, beriman, mengikuti ajaran-ajaran agama, maka ia memperlihatkan perilaku mulia, terpuji, serta segala bentuk kebaikan, termasuk mengasihi sesama manusia, sekaligus pembawa damai dan perdamaian.

Seharusnya mereka mampu melakukan banyak hal, sehingga tak terjadi kekerasan atas nama (ajaran) agama; atau atas nama ajaran agama yang dipahami secara parsial alias sepotong-potong.

Sentimen (karena akibat perbedaan) SARA, merupakan sumbangan terbesar dalam kerususuhan sosial; biasanya terjadi akibat adanya berbagai gap pada komunitas masyarakat; termasuk umat beragama yang bertindak atas nama agama sebagai penjaga dan polisi moral. Dalam arti kelompok masyarakat agama melakukan pengrusakan fasisilitas umum dan hiburan, karena dianggap sumber maksiat serta melanggar etika dan norma sosial serta agama. Pada sikon ini, ajaran agama dipakai sebagai alat kekerasan oleh orang-orang yang penuh iri hati serta munafik; mereka penuh dengan kebencian dan iri terhadap kemajuan orang lain.

Dengan demikian, pelaku kekerasan atas nama agama seperti itu (berdasar sentimen sara atapun aneka perbedaan lainnya), sebetulnya telah membuktikan kebenaran Teori Evolusi. Paling tidak, para pelaku tersebut, merupakan hasil evolusi yang masih terus menerus berevolusi; atau secara ekstrim, kita katakan, mereka tak pernah mengalami evolusi moral, etika, dan seterusnya. Oleh sebab itu, di/dalam diri mereka masih tersimpan sifat dan perilaku asalinya, perilaku asli sang awal yang darinya mereka berevolusi.

Padahal, jika seseorang mengikatkan diri pada agama dan ajara-ajaran agama (yang kata kaum agamawan, agama juga berasald dari Sang Pencipta), maka ia harus berperilaku sesuai dengan Penciptanya. Bukan sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun