Â
Tangsel, Banten | Saya pernah berkata bahwa
Mudah menghancurkan Indonesia.
Ya. Indonesia bisa punah tanpa Perang Nuklir, Serangan Asing, Bencana Alam, dan lain sebagainya.
Indonesia bisa tiada dan tinggal kenangan hanya karena kata dan kata-kata.
Caranya Mudah: Buatlah kata dan kata-kata hoax, opini sesat, kabar bohong, fitnah, penistaan, dan penuh kebencian.
Kemudian, sebarkan secara TSM. Maka, Orang Indonesia akan saling bunuh hingga hancur lebur dan punah.
Ya. Indonesia, kini dan sementara terjadi, beralih dari ramah ke marah, lemah lembut menjadi murka dan pemberang; padahal hampir semuanya menyatakan diri sebagai umat beragama.
Pergeseran tersebut, akibat dari umat beragama yang telah kehilangan kemanusiaan serta nilai-nilai rohani sesuai warisan iman keagamaan.
Lucunya lagi, label agama telah dipakai untuk menyampaikan orasi dan narasi kebencian, hoaks, caci-maki, ketidaksukaan, serta pertengkaran.
Ya. Bangsa Ini telah menjadi Bangsa Pertengkaran yang hobby bertengkar. Bertengkar dan Pertengkaran adalah My Lifestyle.
Lihat saja.
Semuanya bertengkar tentang banyak hal: ISIS teroris atau pejuang? FPI preman berkedok agama atau pembela umat? HAMAS itu pejuang atau penindas? Israel mempertahankan kedaulatan Negara atau lakukan serangan ke Gaza? Kadrun itu kadal gurun atau cacing tanah? Kelompok Sipil Bersenjata di Papua itu teroris atau kriminal? Pembantaian di Poso itu hal kecil atau besar? Babi Panggang itu makanan rakyat atau produk Alien? Ustad-ustad yang dirangkap Polisi itu ulama atau bukan? Covid-19 itu ada atau tidak? Vaksin Anti Covid-19 haram atau hala? Dan seterusnya serta seterusnya.