Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ia (Bukan) Singa Podium

2 Desember 2020   10:27 Diperbarui: 2 Desember 2020   11:26 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Jagakarsa, Jakarta Selatan | Dirimu, ya dirimu yang sementara baca, pernah mendengar kata 'Singa Podium?' Ya, seperti yang dipikirkan dirimu, sebutan untuk seorang orator atau 'tukang pidato yang hebat.'

Umumnya, singa podium merupakan sebutan dan 'gelar' untuk seseroang (seorang) ahli pidato, ketika ia berbicara di area publik, (i) membuat pendengar (dan semua yang hadir, melihat, dan mendengar) kagum, (ii) terkesima, dan terdorong untuk melakukan hal-hal sesuai pesan-pesan yang disampaikan (pada pidato tersebut).

Singa Podium, bisa muncul dari berbagai kalangan dan latar belakang, termasuk komunitas keagamaan; ia tidak tergantung pada penampilan fisik. Namun, kemampuan menyampaikan orasi serta narasi tersebut ada karena berbagai proses sebelumnya; misalnya, belajar, baca, pembiasaan, serta mengisi dirinya dengan berbagai interaksi, wawasan, dan lainnya. Mereka, Singa Podium tersebut, umumnya (sangat) dibutuhkan oleh siapa pun, dalam rangka menarik dukungan publik, membangun militansi, membangkitkan persatuan dan semangat, bahkan menciptakan keberanian untuk melakukan perlawanan.

Dengan demikian, Singa Podium, (bisa) ada di mana-mana, pada semua profesi; serta dari berbagai penjuru Bangsa dan Negara. Mereka adalah orang-orang, karena kemampuan berorasinya, menjadi bagian dari pergerakan (serta mobilitas) sosial, ekonomi, politik, dan keagamaan. Dan dengan kemampuan tersebut, bisa menguntungkan (atau pun merugikan) siapa pun, misalnya kompotitor atau pun lawan politik.

Nah. Sekarang, anda dan saya, coba ingat-ingat, orang-orang yang bisa disebut sebagai singa podium tersebut. Mungkin saja, ingat tentang Bung Karno, Bung Tomo, Kasman Singodimedjo, Zainudin MZ, Stephen Tong, atau Saya sendiri, dan masih banyak yang lain. Ingat khan.

Sikon Kekinian Kita

Beberapa tahun terakhir, di NKRI Tercinta ini, muncul (dan semakin) banyak orang yang bisa dikategorikan sebagai Singa Podium. 'Podium' mereka adalah ruang-ruang yang tercipta dan sengaja dicipatkan pada area publik, politik, dan juga keagamaan.  Dan, tak sedikit dari singa-singa tersebut mengaum dengan lantang, keras, menggelagar, menakutkan, bahkan tak jelas pesan-pesan yang disampaikan, serta penuh ancaman dan menimbulkan ketakutan.

Ketika, pada podium tersebut, mereka getar membahana menyampaikan pesan-pesan (termasuk narasi perlawanan, benci, dan kebencian) seakan tanpa takut pada apa serta siapa pun; mereka seakan tak tersentuh oleh aparat hukum, bahkan nyaman dalam kenyamanannya.

Mereka merasa diri hebat, berkuasa, serta bisa mengatur apa saja, karena memiliki massa pendukung real, serta dukungan 'tak terlihat.' Sayangnya, para Singa Podium Kekinian itu, hanya berani di antara komunitas pendukung (dan mendukung) dirinya; di luar itu, mereka atau ia tak lebih dari 'Singa Tua, Ompong, Peot, dan tak berdaya.'

Singa Podium Kekinian seperti itu, ketika bermasalah, dan terjepit, maka hanya bisa lari dan berlari; ia atau mereka akan bersembunyi di balik ketiak para pendukungnya. 

Jelas, Singan Podium Kekinian itu, hanyalah pribadi yang penakut, pecundang, pengecut. Orang seperti itu, sebetulnya bukan sebagai Singa Podium, melainkan penyampai orasi dan narasi benci, kebencian, perlawanan, dan ketidaksukaan. Karena, niat serta motivasinya seperti itu, maka selayaknya ditangkap dan dihukum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun