Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

"New Normal" sebagai Perubahan Gaya Hidup

10 Juni 2020   17:39 Diperbarui: 10 Juni 2020   20:26 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermasker | Dokumentasi Pribadi

Catatan Awal

Tentang "New Normal." Kata yang diindonesiakan menjadi 'Kebiasaan Baru, Kenormalan Baru, Gaya Hidup dan Kehidupan Baru, Perubahan Cara Hidup dan Kehidupan, dan lain sebagainya.' 

Namun, apa pun pemahaman dan pemaknaan New Normal tersebut, yang (akan) terjadi adalah perubahan kebiasan (serta tingka laku) hidup dan kehidupan dari sebelumnya ke hal-hal baru; atau, bahkan kembali ke gaya hidup dan kehidupan yang sebelumnya dilupakan dan ditinggalkan, (Sumber: Kompasiana).

Mungkin saja, kita, anda dan saya, hidup bersama atau berdampingan dengan OTG. Berbahaya atau tidak? Itu yang jadi masalah serius. Sebab, tidak menutup kemungkinan OTG, yang ada di antara dirimu dan diriku, menjadi 'penyebar Covid-19 yang terbaik, teraman, tercepat' untuk orang lain, (Sumber: Kompasiana)

================

Srengseng Sawah, Jakarta Selatan | Sudah siapkah diri anda melepaskan diri dari Pembatasan Sosial Berskala Besar;? karena sudah cukup lama berada dalam frame PSBB sehingga perlu Pembebasan Sosial dari Batasan-batasan agar tidak terinfeksi Covid-19. Saya, mungkin juga banyak orang, yakin bahwa nantinya ketika memasuki dan ada di 'Area New Normal' bisa biasa dan lancar-lancar saja.

Namun,  setelah tanya sana-sini, ternyata masih banyak orang yang bertanya-tanya tentang hal-hal yang bakalan terjadi pada waktu 'New Normal.' 

Misalnya, (i) kebiasaan cipika-cipiki, berubah menjadi tanpa sentuhan dan pelukan, (ii) salaman dan jabat tanpa sentuhan, (iii) terbiasa duduk berdekatan, harus ada jarak, (iv) biasa berjubel di transportasai massal, menjadi banyak tempat duduk kosong, (v) tidak bisa lagi secangkir dan segelas berdua, dan lain sebagainya.

Dan, lebih dari semuanya itu, nantinya, ini yang paling tidak disukai banyak orang, yaitu ketika berada di area publik, atau pun pada tempat kerja, cafe, mall, dan lain-lain, orang akan merasa teralienasi atau terasing dari sekiarnya. 

Sebab, harus duduk dengan jarak tertentu, tidak bebas berbicara atau pun berbisik dengan orang-orang di dekatnya, semuanya karena ada batasan-batasan; batasan-batasan baru yang sekaligus ciri dan cara hidup dalam sikon 'New Normal'.

Tapi, di balik batasan-batasan tersebut, pada 'New Normal,' bisa jadi (akan) memunculkan hal-hak yang baru dan lebih baik dari sebelumnya.  Katakanlah, tak bisa bergerombol waktu makan siang, tidak lagi habiskan banyak waktu pada saat istirahat atau pun duduk-duduk di cafe setelah pulang kerja, sehingga semua kegiatan, seakan-akan, dilakukan sendiri-sendiri.

Nah. Mampukah kita, orang-orang Indonesia, anda dan saya, bisa seperti itu? Bisakah orang Indonesia yang terbiasa bersama di area publik menjadi 'sendiri-sendiri' dalam keramaian? Tentu, seharusnya bisa dan akan terbiasa. Bisa dan terbiasa hingga wilayah Nusantara betul-betul merdeka dari Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun