##
Agaknya, reaksi GP Ansor, PB NU, dan publik Indonesia yang cukup keras terhadap Dubes Arab Saudi tersebut, ada benarnya; dan saya pribadi mendukung serta mengaminkannya. Alasannya, sangat jelas bahwa RI sama sekali tidak campur tangan terhadap sepak terjang Arab Saudi, misalnya pada perang di Yaman, di Timur Tengah atau belahan dunia mana pun.
Bagi Indonesia, rakyat, politisi, dan pemimpin-pemimpinnya, masing-masing Negara, termasuk Arab Saudi, memiliki hak untuk bertindak dalam pergaulan hubungan (dengan segala aspek di dalamnya) antar bangsa serta urusan internnya; dan itu tidak perlu ikut campur. Indonesia sangat menghargai dan menghormati nilai-nilai dan etika hubungan antar bangsa tersebut.
Dengan demikian, menurut saya, jika Dubes Arab Saudi ikut dan ikutan menyampaikan pendapat pada Aksi 2012 dan juga pembakaran bendera Hizbut Tahrir, bahkan menghubungkannya, sambil melakukan tuduhan terhadap GP Ansor, maka itu (sangat) tidak pada tempatnya. Pada konnteks itu, Sang Dubes sudah melanggar Tata Krama Pergaulan Antar Bangsa; bahkan ia telah melecehkan GP Ansor.
Berdasarkan itu, sudah tepat jika Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, menyatakan baawa, "Pemerintah harus menyampaikan nota protes kepada Kerajaan Arab Saudi dan memulangkan Osamah sebagai bagian dari sanksi atas tindakan yang gegabah dengan mencampuri urusan politik Indonesia."
Â
So, saya hanya bisa berkata, "Yang Mulia Osamah Muhammad al-Suaibi, jangan ganggu Negeri kami|
Opa Jappy | Komunitas Indonesia Hari Ini