```
Ia melukis kertas putihnya dengan sapuan kata demi kata.
Pena yang menari, membentuk untaian kalimat indah berkelindan.
Mulanya terasa perlahan, sesekali tersendat. Namun berangsur lancar dan luwes.
Dari kejauhan, aku memandangi gerak-geriknya, lengkap dengan antusiasme yang melingkupinya.
Ia terus saja mencurahkan rasa dan nuansa hati pada lembaran di hadapannya.
Tak sadar, aku pun mendekati meja tulisnya yang sederhana, buatan tangan sendiri, bukan produk furniture mana pun. Â
"Engkau suka menulis?" tanyaku, walau sebenarnya aku tak ingin mengganggu konsentrasinya.
"Lumayan," jawabnya singkat.
Lumayan? Ah, sebuah kata yang tak jelas areanya. Dimana sesungguhnya batas kata 'lumayan' itu? Begitu abu-abu. Yang kubutuhkan sejatinya adalah jawaban 'ya' atau 'tidak'.
Dasar seniman.