Mohon tunggu...
Omri L Toruan
Omri L Toruan Mohon Tunggu... Freelancer - Tak Bisa ke Lain Hati

@omri_toruan|berpihak kepada kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menghidupkan Tuhan yang Sudah Mati Oleh Nietzsche

26 September 2016   07:53 Diperbarui: 26 September 2016   08:01 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Yesus di Nigeria, sumber gambar: beritasatu.com

Setiap tahun pada bulan Mei, umat Kristiani di seluruh dunia memperingati peristiwa Tuhan Yesus naik ke surga. Alkitab mencatat, sebelum peristiwa ini, Tuhan Yesus pernah memberi perintah kepada para murid supaya mereka saling mengasihi. Dengan demikian, dunia akan tahu bahwa mereka adalah murid-murid-Nya.

Perintah yang sama juga telah diteruskan kepada kita, supaya dengan jalan demikian dunia bisa melihat dan merasakan bahwa Kristus hidup, dan hadir di dalam dunia melalui orang-orang percaya, yakni mereka yang melakukan perintah-Nya.

Ketika orang percaya, yaitu pengikut Kristus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dikehendaki Bapa, maka dengan cara demikianlah Kristus hadir di dalam dunia sebagaimana Dia pernah hadir di dalam sejarah.

Namun persoalannya, ternyata banyak dari orang percaya yang tidak menghendaki Kristus hidup. Jika Ia sudah naik ke sorga, biarlah Dia tetap di sorga, jauh dari bumi. Biarlah Ia menjadi Tuhan sejarah, toh  bisa diperingati dan dirayakan peristiwa-peristiwa penting di dalam sejarah tentang Dia, yang juga bisa dibaca di Kitab yang ada pada kita.

Friedrich Nietzsche pernah mengatakan, "Tuhan Sudah Mati." Konteks perkataan Nietzsche di atas, tentu berbeda dengan apa yang kita pahami tentang Tuhan yang sudah mati. Bagi Nietzsche, memang Tuhan itu diinginkannya mati, sehingga manusia tidak lagi dihantui oleh sosok Tuhan yang selalu mengekang dan membatasi manusia.

Nietzsche percaya bahwa ada kemungkinan bagi manusia tanpa Tuhan. Melepaskan kepercayaan kepada Tuhan akan membuat manusia berkembang sepenuhnya, dengan semua kelebihan dan keunggulan yang dimilikinya. 

"Tuhan sudah mati", seperti kata Nietzsche, demikian juga yang kita pahami dengan konteks yang berbeda. Jika Nietzsche memang menghendaki Tuhan itu mati, kita juga sebenarnya demikian.

Tuhan yang bangkit, namun sudah naik ke sorga, jauh dari bumi . Lalu, Tuhan yang sudah di sorga itu hendak kita hadirkan di bumi sebagai Tuhan sejarah, Tuhan yang mati. Padahal Dia pernah berkata, bahwa Ia akan menyertai kita sampai akhir zaman. 

Dimanakah janji penyertaan-Nya itu? Bisa saja janji itu  dipahami secara adikodrati, namun tidak berarti bahwa kehadiran-Nya harus selalu bersifat metafisis atau mistis.
Ia bisa hadir jika kita mau menghadirkan-Nya di dalam diri dan kehidupan kita di bumi, sehingga janji penyertaan-Nya sungguh nyata, ketika Ia hadir dengan mengambil rupa dan berkarya dengan laku setiap kita.

Tuhan bisa hadir dengan rupamu, rupaku, dan rupa mereka, yang mau memberi wadah bagi Tuhan yang sudah bangkit untuk menampakkan diri-Nya dan berkarya nyata, menyertai setiap kita yang letih lesu dan berbeban berat, yang sedang mencari dan berseru kepada-Nya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun