Mohon tunggu...
Omri L Toruan
Omri L Toruan Mohon Tunggu... Freelancer - Tak Bisa ke Lain Hati

@omri_toruan|berpihak kepada kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Laporkan Habib Rizieq ke Polisi, PMKRI Berlebihan?

28 Desember 2016   08:57 Diperbarui: 28 Desember 2016   13:27 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: sesawi.net

Polemik tentang haram tidaknya mengucapkan selamat Natal, dan juga aksi sweeping atribut Natal yang sempat terjadi di beberapa tempat, ternyata lumayan menyita perhatian publik kita.  Polemik ini pun akhirnya memasuki babak baru ketika PMKRI ( Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia)  melaporkan Habib Rizieq Shihab ke polisi karena diangap telah menistakan agama Kristen.

Sebelum pelaporan Habib Rizieq dilakukan oleh PMKRI,  sesekali saya bertanya: Sebenarnya, apa sih ruginya mengucapkan selamat Natal? Benarkah mengucapkan selamat Natal bisa merusak aqidah atau membuatnya dangkal? 

Tentu saya tidak akan membahas persoalan aqidah di sini. Namun dan tidak kurang, saya juga ikut tergelitik dengan polemik ini. Seakan- akan ada pihak yang sangat berharap mendapatkan ucapan selamat Natal. Tentu tidak demikian. Dan jujur, saya juga sama sekali  tidak memerlukan (ucapan) itu.

Ucapan selamat Natal tidak serta merta akan membuat hidup saya berubah. Tidak, tidak ada yang berubah dengan mendapatkan ucapan selamat Natal, apalagi ucapan selamat yang dipaksakan. Dengan atau tidak mendapat ucapan selamat Natal, segala hal berjalan sebagaimana adanya. Jadi, tidak usah dipaksakan untuk mengucapkannya.

Kembali ke soal pelaporan Habib Rizieq Shihab oleh PMKRI.

Jujur, saya sebenarnya tidak melihat tindakan PMKRI dari sudut agama atau keyakinan saya. Dan saya pikir, ada begitu banyak yang sependapat dengan saya, yakni tidak merasa ternista, atau keyakinan saya menjadi nista karena ucapan Habib Rizieq yang sempat menyinggung Tuhan yang beranak dan bidan.

Tentu Habib Rizieq berbeda dalam memahaminya dengan saya, dan perbedaan pemahaman itu sebenarnya lumrah. Dan juga, saya tidak akan pernah mengggantungkan keyakinan saya kepada pendapat orang. Juga, tidak akan mendasarkan atau berusaha mengokohkannya dengan kesaksian seorang pesohor yang pindah agama. Sebagaimana telah menjadi trend dan sangat disukai oleh banyak orang saat ini, di mana keyakinannya sepertinya perlu ditopang atau diteguhkan oleh kesaksian orang-orang yang pindah agama.

Apalagi oleh ucapan seorang Habib Rizieq tentunya, yang mana juga saya sama sekali tidak ada urusan dengan yang bersangkutan dalam hal keyakinan. Berkeyakinan harus mandiri, dan itu urusan saya sendiri dengan yang  saya percaya. Itu juga tidak terjadi begitu saja. Perlu proses atau fase yang sangat panjang dan berliku, dan kita tidak pernah tahu, kelak akan berakhir di mana.

Lalu, apakah pelaporan Habib Rizieq oleh PMKRI sama sekali tidak perlu dan berlebihan?

Tentu kita perlu bertanya, melihatnya dari sisi mana? Jika berangkat dari urusan keyakinan, tentu tidak perlu. Ucapan Habib Rizieq sama sekali tidak bisa merusak keyakinan saya. Keyakinan saya sedikitpun tidak menjadi nista oleh karena ucapan Habib Rizieq.

Namun, saya bisa memahami dan menerima apa yang dilakukan oleh PMKRI dari perspektif  kesetaraan di depan hukum. Karena ternyata, ada banyak orang yang tidak bisa menerima keyakinannya disinggung, namun bisa dengan bebas leluasa menyinggung keyakinan orang lain dan merendahkannya secara terbuka dengan pemahamannya ( yang belum tentu benar) tanpa memperdulikan apa yang sebenarnya diyakini oleh orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun