Saat selesai menonton film Gone Girl (2014), saya bergidik ngeri karena apa yang menimpa tokoh utama di film itu -Nick Dunne (Ben Affleck) yang harus berhadapan dengan sang istri yang memiliki kepribadian ganda yakni Amy Dunne (Rosamund Pike) ternyata mirip dengan perjalanan kisah percintaan saya di masa lalu.
Well, I can say bahwa saya beruntung karena keburu menyadari bahwa cem-cem-an saya dulu ternyata bukanlah pribadi yang dapat saya harapkan di masa depan. Alih-alih memiliki tujuan baik dan sama di kemudian hari, cewek yang saya kenal di bangku SMP dan sebut saja namanya Semak ini malah ingin mencelakakan saya.
Cinta Monyet Saat Berseragam Biru
"Ya ampun masih kecil udah cinta-cintaan!"
Begitu kali tanggapan para netizen. Eh, ya maklumlah, namanya juga masuk usia puber. Naksir dan kesemsem sama lawan jenis ya wajarlah ya. Apalagi, saya dan Semak memiliki banyak kesamaan. Kami sama-sama suka baca, nulis, nonton dan... makan hehe. Semua berjalan aman sebagaimana remaja pada umumnya yang lahir di keluarga yang sangat menekankan pentingnya menjaga hubungan percintaan.
Jangan bayangkan gaya pacaran kami kayak Anya dan Okky yang heboh banget itu ya. Boro-boro bisa liburan berdua kayak mereka. Lha wong dulu saat saya dan Semak "ngedate" di Gramedia aja masih ditemani orang tua kok hahaha. Eh tunggu, sebetulnya hubungan kami juga nggak tepat disebut pacaran. Soalnya saya nggak pernah nembak, sih! Saya memang tipe cowok yang agak jengah dengan untaian, "mau kamu jadi pacar saya?"
Bagi saya, yang penting itu aksi nyata. Dan, baik Semak ataupun mantan-mantan saya yang lain, juga nggak ada satupun yang saya tembak. Kedekatan saya dan beberapa perempuan terjadi begitu aja. Tahu-tahu udah saling sayang aja gitu. Uhuk. Oke sip, kembali lagi ke Semak.
Dari segi berpakaian, Semak ini ya ukhti banget. Saat saya aktif di ekstrakulikuler Paskibra, dia aktifnya di mushola, jadi anak rohis. Makanya, lagi-lagi saya tekankan bahwa hubungan kami berjalan sebagaimana teman biasa. Cuma bedanya kalau pulang ke rumah suka SMS-an (nganu, saya pake hape orangtua, sempat diprotes pulsa cepat habis saat itu hehe), atau juga teleponan. Itupun lebih banyak ngebahas PR, sih.
Di masa-masa ini, saya cukup banyak mulai mengenal keluarganya. Semak memang pencerita yang baik. Anggota keluarga seperti ayah, ibu dan dua adiknya pun sering dia ceritakan. Termasuk, seorang abang sepupu yang berkuliah di Al-Azhar, Kairo, Mesir.
Bukan main senangnya saya bisa berkenalan dengan semua anggota keluarga si Semak walaupun baru dari cerita saja. Kalau sama kedua adiknya sih saya suka SMS-an juga. Nah, kalau sama abangnya yang kuliah jauh di Afrika sana itu, kami surat-suratan.
Begitu lulus, kami pisah sekolah. Tapi, hubungan kami tetap baik. Sahabat-sahabat saya saat SMA bahkan jadi teman baiknya si Semak juga. Kebetulan banyak teman satu angkatan saat SMP yang satu sekolah sama saya. Jadi, kadang si Semak ini sengaja main ke sekolah saya. Katanya sih penasaran pingin liat sekolah saya, walaupun kayaknya itu sekadar modus karena dia kangen saya. Uhuk lagi.
Keanehan-keanehan Mulai Bermunculan
Saya lugu banget menganggap bahwa semua SMS dari adiknya dan surat-surat dari abangnya memang dikirimkan oleh mereka.