Pengalaman buka puasa bersama saya kali pertama terjadi saat SMA sekian tahun lalu. Nggak usah disebut tahunnya, ntar ketahuan umur hehehe. Dikarenakan saya aktif di organisasi sekolah dan juga ekstrakulikuler (Paskibra), setiap Ramadan tiba, setidaknya kami mengadakan acara buka bersama yang dilanjutkan dengan sahur bersama.
"Hah, sampai sahur?"
Iya. Jadinya kami menginap di rumah salah satu anggota ekskul yang lain. Pasca buka puasa dan tarawih biasanya langsung diadakan sesi curhat, sesi "buka-bukaan" tentang aktivitas ekskul setahun sebelumnya yang sudah kami jalani. Ya semacam acara kontemplasi bersama gitu yang biasanya berlangsung hingga lewat tengah malam, tidur sebentar lalu bangun lagi untuk mempersiapkan sahur.
Tiga tahun duduk di bangku SMA, ya aktivitasnya setiap tahun sama. Saat kuliah, kegiatan buka bersama ini terus berlanjut dengan teman-teman baru. Untuk saya yang berkuliah di kampus yang heterogen (di angkatan saya, lengkap ada 5 agama), saya beruntung memiliki teman yang kompak. Walau mereka tidak berpuasa, namun mereka tetap hadir di acara buka puasa bersama ini demi ngumpul-ngumpul dan memupuk kenangan, tsah.
Begitu lulus dan bekerja, lagi-lagi acara buka bersama ini berlanjut. Yang tadinya bareng teman kuliah saja, kini ditambah bareng bos-bos besar yang walau begitu gak bikin makannya jadi gratis juga sih. Tetap bayar sendiri-sendiri kecuali kantor yang mengadakan acara hehehe.
Pasca memutuskan resign dan menjadi pedagang, saya masih menjalankan acara buka bersama ini sesekali dengan teman komunitas. Namun, setidaknya, sudah 3 tahun belakangan ini saya mampu menolak semua. Iya, SEMUA ajakan buka bersama dikarenakan beberapa alasan di bawah ini. Apa saja sih? Ini dia.
1. Intensitas ajakan buka Bersama yang terlalu tinggi
Pernah lihat meme yang isinya jadwal buka bersama dari hari pertama hingga hari terakhir nggak? Yang hari pertama buka puasa bareng alumni teman TK, hari kedua alumni SD, dst. Hehe, nggak kebayang ya jika ada orang yang sedemikian sibuknya buka puasa bersama di luar sampai lupa rasanya buka bersama dengan keluarga sendiri.
Solusinya, pilah-pilih acara buka bersama. Jangan semua diambil. Sesuaikan dengan waktu dan budget yang ada. Jika memang diwajibkan kantor, atau acaranya sekalian reuni buat kangen-kangenan, ya sesekali nggak apa-apa. Asal jangan sampai terbeban dengan banyaknya undangan, ya!
2. Buka puasa bersama keluarga itu nikmat tiada tanding
Seperti yang saya singgung di tulisan sebelumnya, di keluarga kami, makan bersama satu meja itu termasuk momen langka. Maklum, masing-masing sibuk dan kalau udah pulang ke rumah sore hari, jika lapar ya langsung makan duluan tanpa menunggu yang lain semua pulang.
Kami baru rutin makan bersama saat Ramadan yakni saat sahur dan berbuka. Saya tidak tahu momen seperti ini akan bertahan seberapa lama. --you know what I mean. Jadi, selama kesempatan ini masih ada, saya selalu berusaha menikmati setiap momen tersebut.