Mohon tunggu...
Ombrill
Ombrill Mohon Tunggu... Jurnalis - Videografer - Content Creator - Book Writer

Book Writer - Video Blogger - Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bermimpi Ada Kebijakan Larangan Pemilik Media Menjadi Petugas Parpol

18 Agustus 2018   10:24 Diperbarui: 10 September 2018   16:51 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak akan lama lagi, penonton tv nasional pecah. Perpecahan penonton dalam tulisan ini, khusus dalam program pemberitaan. Fenonema ini mulai terjadi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 lalu, yakni saat pasangan Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta bertarung. Memang, sebelum 2014, ada polarisasi penonton tv. Namun, perpecahan begitu kental saat pertarungan dua pasang Capres-Cawapres 2014.

Pada 2014, penonton yang pro Jokowi-JK menjadikan Metro TV, Kompas TV, maupun BeritaSatu sebagai referensi. Dahaga mereka terpenuhi, ketika Capres-Cawapres mereka diberitakan sangat positif. 

Selain berita, para narasumber yang memang dipilih pro Jokowi-JK secara langsung maupun tak langsung memaparkan segala keungulan tanpa cacat sedikit pun, yang membuat calon pemilih makin klepek-klepek. 

Sementara itu, mereka yang pro Prabowo-Hatta lebih suka menyaksikan tvOne. Selebihnya, Trans Corp (Trans TV, Trans 7, maupun Detik) masih "malu-malu kucing" dalam pemberitaan, meski penonton sudah bisa menebak arah pemberitaan.

Dalam hal pemberitaan, Prabowo-Hatta kalah telak pada 2014. Tim Jokowi-JK sudah siap lahir batin. Baik strategi maupun pendanaan. Pengalaman keberhasilan tim media mereka saat Pemilihan Kepada Daerah (Pilkada) DKI Jakarta, membuat Jokowi-JK unggul. Kala itu, seluruh dana digelontorkan ke media-media. Tak cuma media cetak, tetapi juga media elektronik. Sehingga, serangan dari berbagai penjuru, berhasil mengalahkan pasangan Prabowo-Hatta.

Pada 2019 ini, pertempuran di media bakal terjadi lagi. Sudah jelas, akan ada polarisasi lagi dalam pemberitaan. Meski Prabowo-Sandi sudah siap lahir batin dengan tim medianya,--bahkan dibantu dengan para relawan cyber yang telah berhasil memenangkan kampanya Anies-Sandi di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu--, namun mereka harus hati-hati. Kenapa? Media arus utama sudah dikuasai oleh pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Pada 2014, MNC Group masih membela Prabowo-Hatta. Namun di Pilpres 2019 ini, sudah dipastikan MNC Group akan menjadi tim sukses Jokowi-Ma'ruf Amin. Begitu Harry Tanoesoedibjo (HT) merapat ke Jokowi-Ma'ruf Amin, secara tegas menampakkan arah pemberitaan MNC Group kelak. Sebagaimana kita ketahui bersama, HT adalah pemilik MNC Group dan juga Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo). 

Warna pemberitaan berpihak pada kubu mana, akan terlihat di program berita dan talk show politik yang ada di RCTI, MNC TV, Global TV dan tentu saja tv beritanya, yakni iNews.

HT pasti sudah tahu konsekuensi atas pilihannya menjadikan MNC Group sebagai media pencitaan salah satu kubu Capres-Cawapres. Sebab, jangan sampai tv-tv dari MNC Group akan bernasib seperti Metro TV. Kemarin, saat berkunjung ke daerah, penulis menemukan lagi penonton yang sudah lama menghilangkan channel Metro TV di televisinya. Alasan si penonton, Metro TV tidak seperti awal berdiri yang idealis dan independent. Memang penonton ini berlebihan, namun itulah fakta yang penulis temui di lapangan.

Bagaimana dengan Trans Corp? Pada Pilpres 2019 ini, tv berita CNN Indonesia baru pertama ikut. Nah, apakah cenderung ke Jokowi-Ma'ruf Amin atau Prabowo-Sandi? Sebagai seorang pengusaha yang ogah terlibat dalam politik praktis, Chairul Tanjung (CT) sepertinya akan "main aman". Bisa jadi, ia akan mendukung kedua-duanya, meski dalam rekam jejak, CT sangat dekat dengan Susilo Bambang Yoedoyono (SBY) yang tak lain adalah Ketua Umum Partai Demokrat. 

Dalam pemerintahan SBY, CT pun pernah didaulat menjadi Menteri Koordinator Perekonomian periode 19 Mei 2014-20 Oktober 2014, menggantikan Hatta Rajasa. Dengan rekam jejak itu, apakah CT akan memberi komando pada para Jurnalis di bawah Trans Corp mendukung Prabowo-Sandi, karena Partai Demokrat berkoalisi dengan pasangan Capres-Cawapres ini? Belum tentu juga.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun