Mohon tunggu...
Omar RafiPrakoso
Omar RafiPrakoso Mohon Tunggu... Lainnya - tugas

bismillah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anak Muda Vs Tiktok

16 Januari 2021   12:05 Diperbarui: 16 Januari 2021   12:09 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Media digital di dunia semakin berkembang begitu cepatnya dari tahun ke tahun dari yang tadinya sangat sulit ketika anak muda ingin mengekspresikan dirinya agar dilihat oleh orang orang di dunia digital sekarang dengan begitu mudahnya jika ada kemauan, khususnya Indonesia. Dulu ketika anak muda ingin menunjukan bakatnya atau keahliannya dalam suatu hal mereka harus menunjukannya langsung dengan yang bisa menyalurkannya. Sekarang hanya melalui aplikasi digital saja entah itu dimana pasti bisa. Disamping itu ketika ingin membuat suatu konten di media sosial harus cermat dan lebih memperhatikan efek dari konten yang kita buat antara itu positif atau negative.

Tahun 2016 muncul sebuah aplikasi dimana semua orang bisa mengekspresikan diri bernama tiktok yang mana aplikasi itu mengakuisisi aplikasi musically yang sebelumnya sempat menjadi raja untuk aplikasi music. Sebelum itu youtube adalah satu-satunya platform media untuk creator ingin membuat atau mengekspresikan dirinya. Pada awal muncul aplikasi itu, belum terlalu hits ataupun terkenal dan digandrungi oleh anak muda. Namun pada tahun 2018 menuju 2019 aplikasi tiktok mulai naik daun sehingga mendapat 500 juta unduhan lebih. Saat naik daun, orang di dunia mana yang enggak tahu aplikasi yang asalnya dari china tersebut. Anak muda pria atau wanita mulai mengekspresikan dirinya melalui aplikasi tersebut. Karena dengan mudahnya untuk menjadi terkenal atau dilihat orang ketika memang masuk #foryou page dari tiktok itu sendiri, jadi semua orang ingin menjadi dikenal.

Aplikasi yang sedang menjamur di masyarakat ini sempat diblokir oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada pertengahan 2018. Alasannya, Tiktok dinilai negatif untuk anak. "Pelanggaran konten yang ditemukan antara lain pornografi, asusila, pelecehan agama, dan lain-lain" ujar Dirjen Aptika Kominfo, Samuel Pengerapan kala itu.

Aplikasi yang sangat menghibur ini dapat melepas beban pikiran karena pekerjaan, tugas sekolah dan tugas kuliah. Aplikasi dengan berbagai fitur yang sangat menarik seperti Efek khusus, Pilihan musik latar, Rekaman klip pendak, Jutaan klip musik, Gaga dance, dan Duet ini mendungkung aplikasi ini untuk menjadi pilihan penikmatnya.

Dari semua kecanggihan Aplikasi ini terdapat kekurangannya. Bukan dari aplikasinya melainkan dari penggunanya, sudah bukan rahasia lagi jika sebagian besar pemakai aplikasi ini adalah remaja yang tengah mencari jati dirinya. Dengan mengekspresikan diri melalui TikTok ini mereka dapat mencuri perhatian dari seseorang yang tengah disukai atau tengah mencari sensasi di dunia maya.

Karena keinginan untuk terkenal banyak orang dengan membuat sensasi, tetapi mereka tidak memperdulikan moral dan etika. Beberapa pengguna aplikasi ini menjadi tidak memiliki etika hanya karna ingin terkenal dan banyak pengikutnya di media online, mereka rela korbankan diri dengan berpenampilan kurang pantas. Padahal mereka adalah generasi penerus bangsa ini.

Bisa terlihat dari gambar diatas jika konten yang dibuat masuk ke #foryou page pasti langsung mendapatkan like dan views yang meledak. Semakin ramai ketika pandemic Covid-19 datang, stayed at home membuat para creator muda ini membuat banyak konten dirumah untuk ingin terkenal atau sekedar ingin mengalahkan rasa bosan dirumah jadi tiktok ini semakin booming di Indonesia pada 2020.

Yang ingin saya bahas disini adalah bagaimana budaya yang ada dalam tiktok ini dapat merubah attitude anak muda terhadap masyarakat luas atau tidak. Masalahnya, sekarang ini yang terlihat adalah mengetik di kolom komentar suatu video di tiktok adalah hal yang sangat mudah. Dengan kemudahan itu ketika suatu pembuat konten membagikan suatu video, orang-orang dengan mudahnya ingin memuji atau menghujatnya. Namun terkadang kedua itu tidak terjadi, yang terjadi adalah malah kebanyakan pelecehan seksual simple yang sepele namun sebenarnya beresiko tinggi jika hal ini dibiarkan. Seperti contoh yang terjadi pada pembuat konten wanita yang membagikan video joget atau goyang di tiktok dengan memakai busana yang memang membuat pria tertarik untuk melihatnya.

Akun tiktokers (sebutan untuk pembuat konten tiktok ) @chikakiku sering terlihat dapat pelecehan di kolom komentarnya. Seperti " gunung kembar mulai aktif ya bund " kata kata tersirat yang terlihat sepele itu sebenarnya membuat tiktok menjadi sarana untuk pelecehan online. Menurut saya hal-hal kecil seperti itu yang perlahan bisa merubah kultur kesopanan di Indonesia.

Lalu sekarang yang identic lagi dengan anak muda di tiktok adalah dunia otomotif yang sedang digandrungi oleh para anak muda. Karena sedang digandrungi anak muda di Indonesia makanya dunia permotoran ini sangatlah ramai dan memunculkan banyak konten di tiktok yang sekedar ingin memperlihatkan kendaraannya, memberi tips & trick, dan ada juga yang membuat "panas" satu kubu merk motor lainnya.

Jaman sekarang jika orang ingin memperlihatkan hasil modifikasi motornya agar bak mendapat pujian dari orang hanya dengan membuat konten yang menarik di tiktok dan masuk for you page. Video seperti ini aja mendapat ribuan likes karena mempunyai pasar penonton yang lumayan banyak. Selain itu ada juga yang membuat konten edukasi dengan memberikan tips&trick akan sesuatu di dunia perotomotifan. Seperti contoh "cara melepas plat nomor" atau "cara minta restu untuk ganti knalpot ke orang tua" ataupun tips&trick "cara mengecat velg di motor kesayangan". Terkadang konten seperti itu membantu, namun bisa juga memberikan contoh buruk untuk melanggar peraturan di jalan raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun