Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ironi Guru Tua dan Tuntutan Kurikulum Merdeka

19 Januari 2024   09:41 Diperbarui: 19 Januari 2024   09:44 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gurudikdas.kemdikbud

Kebijakan penerapan Kurikulum Merdeka dengan segala ikutannya mulai dirasakan dampaknya terutama oleh guru-guru tua. Mereka yang saat ini berusia 50-an tahun hampir sebagian besar mengeluh dengan perubahan yang sedemikian drastis dalam urusan mengajar maupun administrasinya.

Diakui atau tidak, pandemi Corona telah mengubah segalanya. Pembelajaran secara daring dengan memanfaatkan perangkat teknologi akhirnya keterusan. Tidak hanya dalam pembelajaran tetapi juga dalam pemenuhan administrasi kepegawaian.

Satu per satu administrasi guru yang semula dituangkan dalam lembaran kertas telah beralih ke HP/Laptop. Tidak hanya administrasi, dalam hal aktivitas keseharian pun demikian.

Rapat atau seminar yang semula mengharuskan hadir secara fisik kini bisa di depan layar laptop. Mengisi presensi atau kehadiran guru juga melalui gawai. Terakhir, yang paling gres adalah penilaian kinerja pegawai melalui aplikasi Platform Merdeka Meganjar (PMM). Dengan kata lain hampir semua kegiatan guru selalu dikaitkan dengan perangkat teknologi.

Demikian juga aktivitas guru berkaitan dengan tugas pokoknya yakni mengajar. Dari mulai menyusun perangkat ajar, pembuatan media pembelajaran, hingga pelaporan nilai tak lepas dari aplikasi.

Ternyata kondisi ini bukannya membuat guru merasa nyaman namun malah sebaliknya. Bahkan tidak hanya dirasakan oleh guru tua. Guru-guru muda yang sudah familiar dengan perangkat TI pun mulai gerah dibuatnya.

Waktu mereka dihabiskan seharian di depan laptop dan gaway. Kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga dan bersosialisasi dengan tetangga nyaris tak ada. Ironisnya, karena guru sibuk justru murid dibiarkan merana untuk belajar sendiri.

Dalam menyikapi kondisi ini setidaknya guru terbelah menjadi beberapa golongan. Pertama, adalah golongan guru yang mempunyai semangat tinggi untuk berusaha belajar memenuhi tuntutan zaman. Mereka berusaha dengan gigih dan selalu update informasi. Kedua, yaitu golongan guru yang berusaha semampunya. Mereka berusaha belajar mengoperasikan apa yang diminta sebatas standar minimal saja. Dan, golongan terakhir, adalah guru yang sudah tidak mampu lagi mengikuti irama perubahan dan tuntutan teknologi.

Dalam hal ini ada 2 hal yang bisa dilakukan yaitu ada yang meminta bantuan orang lain dengan segala konsekuensinya. Guru yang memilih jalan ini sebenarnya rawan akan tindak kejahatan cyber karena ada peluang terjadinya pencurian data pribadi. Untuk itu perlu waspada dan hati-hati.

Di sisi lain sebagian guru pasrah dan angkat tangan dengan kenyataan. Mereka siap menerima segala risiko termasuk jika harus pensiun dini. Mungkin ini bukan pilihan yang diinginkan. Namun, sebenarnya ini merupakan jalan yang dirasa lebih nyaman karena sudah tidak lagi dikejar-kejar tagihan administrasi dan tuntutan aplikasi.

Di samping itu dengan sisa usianya mereka bisa lebih fokus dalam beribadah. Mereka juga bisa menyalurkan hobi lama atau mencari peluang usaha di bidang lain. Wassalam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun