Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Akhirnya Aku Bisa Menulis Buku

5 Maret 2018   20:35 Diperbarui: 5 Maret 2018   21:09 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Tim MediaGuru (Dokpri)

Tidak ada teorinya, orang naik sepeda. Tetapi banyak orang bisa naik sepeda. Karena mau belajar, dengan beberapa kali jatuh dari sepedanya. Banyak buku yang berisi teori tentang menulis. Namun, hanya sedikit orang yang mampu menghasilkan karya berupa tulisan. Karena pada umumnya belum mencoba sudah takut akan kegagalan. Hal ini juga dialami oleh sebagian besar guru.

Termasuk aku. Tak terbayangkan sebelumnya bahwa ternyata aku bisa menulis sebuah buku. Bermodalkan pelatihan menulis buku yang hanya 2 hari dan pembimbingan selama satu bulan akhirnya kumpulan tulisanku bisa dibukukan. Mungkin bagi penulis kawakan tulisanku belum layak disebut buku. Tetapi, bagiku ini adalah babak awal untuk melatih keterampilanku dalam bidang tulis menulis. Karena aku yakin, para penulis senior pun diawali dari penulis pemula sepertiku.

Menulis adalah bagian dari unsur-unsur belajar. Proses belajar tidak harus dilihat dari banyaknya berdiskusi dan membaca saja. Tapi, bagaimana mampu menuangkan dalam bentuk lain.

Menulis merupakan sarana efektif menyuarakan aspirasi atau menyebarkan ide, sekaligus aktualisasi diri. Melaui media, tulisan kita akan terbaca orang lain. Artinya, penyebaran ide kita bisa tersosialisasikan.

Mengapa dengan menulis? Karena rentang waktu untuk menyerap pesan yang disampaikan secara lisan tergolong singkat. Kemampuan seseorang untuk mengingat pesan maksimal hanya 12 jam. Lewat dari itu, kemungkinan pesan akan hilang. Sedangkan pesan tulisan dapat diserap dan dipelajari untuk jangka waktu yang lama.

Lantas, bagaimana agar guru bisa menjadi penulis? Hadi Supeno, tokoh yang pernah menjabat sebagai Wakil Bupati Banjarnegara dua kali, dalam sebuah seminar pendidikan di Banjarnegara, menyampaikan beberapa tips sebagai berikut:  

Pertama, jika ingin menjadi seorang penulis ia harus rajin membaca. Membaca adalah dasar menulis. Tidak ada seorang penulis tanpa ia menjadi seorang pembaca terlebih dahulu. Membaca dalam arti luas; membaca huruf, membaca buku, membaca kejadian, membaca alam dan fenomenanya. Persoalannya adalah salah satu kelemahan masyarakat kita masih lemah dalam hal budaya membaca. Termasuk guru yang seharusnya bisa menjadi teladan budaya baca.

Kedua, berani mencoba adalah awal sukses seorang penulis. Banyak orang ingin menjadi penulis, tetapi ia malas mencoba. Kebanyakan di antara kita adalah orang yang takut gagal. Kegagalan bukan sebagai pelecut meraih prestasi, justru menjadi awal munculnya rasa frustasi. Seorang guru yamg ingin menjadi penulis harus berani mencoba membuat tulisan. 

Banyak guru yang membuat karya tulis untuk memperoleh angka kredit unsur pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) ditolak tim penilai. Setelah itu menyimpulkan diri, bahwa ia tidak bisa menulis, dan berhenti tidak mencoba lagi. Padahal, sebenarnya ada guru yang berhasil lolos karya tulisnya. Guru yang lolos pasti pernah mengalami kegagalan, tetapi tidak pernah putus asa. Artinya, bagaimanapun sulitnya ternyata bisa ditembus, sehingga guru tersebut bisa memperoleh pangkat tertinggi sebagaimana aturan yang ada.  

Ketiga, merangkai dan membangun sebuah tulisan harus tahu akan dipergunakan untuk apa tulisan tersebut. Kalau tulisan untuk surat kabar tentu harus dibuat dengan bahasa populer. Tetapi apabila dimaksudkan untuk karya ilmiah, harus menggunakan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku pada media yang dituju. Untuk itu sebuah pelatihan yang kontinyu dan terbimbing perlu terus dilakukan. Akan lebih baik apabila memanfaatkan kelompok-kelompok organisasi profesi yang sudah ada sehingga ada saling koreksi antar sesama anggota kelompoknya.

Akhirnya, menulis adalah memberikan warisan kepada generasi penerus yang tidak akan pernah habis. Manusia boleh mati, tetapi ide-idenya akan abadi, terus hidup dalam masyarakat apabila mampu menuangkan ide-ide itu dalam bentuk tulisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun