Mohon tunggu...
Herman R. Soetisna
Herman R. Soetisna Mohon Tunggu... -

Pelopor ergonomi industri terapan di Indonesia untuk peningkatan level K3, peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas, dan peningkatan "quality of working life" ini -katanya- pernah bersekolah di Teknik Industri ITB, Université des Sciences Humaines de Strasbourg, dan Université Louis Pasteur, Strasbourg-France. Sekarang Om-G [G=Ganteng, hehehe jangan protes ya...], bekerja sebagai dosen di ITB dan Peneliti Senior di Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja dan Ergonomi di ITB. Untuk yang ingin mengontak Om-G, silakan kirim e-mail via hermanrs@ti.itb.ac.id Wass, HrswG.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Tidak Penting Apakah Ahok Terus Menjadi Gubernur DKI atau Tidak, Benarkah?

27 Desember 2016   12:42 Diperbarui: 27 Desember 2016   13:58 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus yang menimpa Pak Ahok sedang bergulir terus di Pengadilan. Fyi, Om-G mah tidak termasuk Ahok Lovers ataupun Ahok Haters, apalagi di KTP Om-G mah tidak ada gambar Monas-nya. Juga, Om-G sama sekali tidak bermaksud mencampuri urusan Pengadilan ataupun bertindak sebagai komentator, karena Om-G tidak punya kompetensi apa-apa di bidang hukum ataupun politik... Jadi Om-G mah bermaksud netral-netral saja deh. Posisi Om-G seperti ini bisa diterima, ‘kan, ya..?

Kembali lagi ke judul tulisan di atas, jangan-jangan sebetulnya bagi masyarakat memang tidak penting apakah Pak Ahok akan terus jadi Gubernur DKI atau tidak. Kenapa? Rasanya mah untuk rakyat kebanyakan, yang lebih penting itu bukanlah “siapa”, tetapi “apa” dan “bagaimana”. Iya, kan? Atau nggak gitu? Jadi kalau ada orang yang bisa membuat masyarakat sejahtera, kebutuhannya terpenuhi, aman, semua permasalahannya tertanggulangi dengan baik, pasti orang seperti ini lah yang diidam-idamkan oleh masyarakat. Yang ke dua adalah tentang bagaimana cara yang ditempuh untuk mencapai hal-hal yang disebutkan tadi.

Sebagaimana umumnya, semua orang pasti mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, lengkap dengan aspek positif dan aspek negatifnya. Iya, kan? Siapapun dia, termasuk juga Pak Ahok atau para kandidat yang lainnya. Tapi karena Om-G mah tidak “mengenal dekat” para kandidat Gubernur DKI yang lainnya, di sini dongengnya ya seputaran Pak Ahok doang deh... (sebetulnya Om-G juga tidak mengenal dekat Pak Ahok juga sih, tapi karena hampir setiap hari melihat dan mendengar berita tentang Pak Ahok, ya jadi SKSD juga deh, a.k.a. “Sok Kenal Sok Dekat”, hehehe...).

Tentang Pak Ahok, yang sering disebut-sebut sebagai kekurangan Pak Ahok adalah cara bicaranya yang menurut banyak orang adalah “kayak ember”, yang mungkin bisa menyinggung banyak orang, dan yang sejenisnya deh... Komentar seperti ini kemungkinan mah “dianut” oleh para Ahok haters, atau mungkin juga oleh orang-orang yang selalu terbiasa berbahasa santun, sehingga bagi mereka omongan Pak Ahok serasa menonjok lubang telinga... Sebaliknya, bagi para Ahok lovers, cara bicara yang demikian itu tidak menjadi masalah, barangkali dengan embel-embel “lha kalau berhadapan dengan orang-orang yang ndablek, ngomongnya ya harus keras dong, kalau dengan bahasa yang lemah lembut mah mereka boro-boro mau nurut, dengerin aja kagak...”.

Di sisi lain, agaknya cukup banyak orang yang mengapresiasi tindakan tegas Pak Ahok pada saat menindak para aparatnya yang “begini-begitu”. Dalam hal ini ada banyak hal yang juga disebut-sebut. Misalnya, setelah tunjangan para aparat dinaikkan, kalau jam masuk kerja adalah pk.08.00, ya masuk kantor lah pk.08.00; janganlah para aparat baru datang pk.08.30 atau pk.10 atau lebih. Kalaupun datang terlambat dengan alasan kemacetan, lha setiap hari juga memang macet, ‘kan? Ya berangkat dong lebih pagi, jangan cuma mau tunjangannya doang tapi masuk tepat waktunya ogah... Juga tentang upaya Pak Ahok menumpas para “siluman”...Ah yang ini mah nggak usah dibahas di sini ya, wong Om-G juga ndak punya data dan informasi yang jelas...

Jadi, barangkali inginnya masyarakat mah mereka mendapat semua yang baik-baik dan tidak mendapat yang kurang baiknya, iya nggak? Jadi kalau Om-G adalah warga Jakarta, di luar hal terus atau tidaknya Pak Ahok jadi Gubernur DKI, Om-G akan engharapkan Gubernur yang:

Memberikan solusi konkrit untuk masalah-masalah besar yang dirasakan masyarakat banyak, misalnya masalah kemacetan lalu lintas dan masalah banjir. Solusi konkrit di sini tentunya solusi yang diimplementasikan dengan baik dan memberikan dampak yang sudah terasa manfaatnya oleh masyarakat banyak. Barangkali ini pun tidak mutlak harus tuntas sekaligus, tetapi bisa secara bertahap asal ke arah yang lebih baik dan hasil perbaikannya terasa secara signifikan.

Misalnya kalau tadinya banjir merendam X ratus hektare selama rata-rata Y hari, kemudian setelah diperbaiki dengan program penanggulangan banjir menjadi ½ X hektare selama rata-rata ½ Y hari. Agaknya dengan hasil seperti ini pun masyarakat akan senang, ‘kan? Asal perbaikannya diteruskan sampai mencapai hasil yang lebih baik lagi.

Contoh lainnya misalnya kalau tadinya kemacetan lalu lintas terjadi di sekian ruas jalan sepanjang X kilometer selama rata-rata 4 jam setiap harinya dengan kecepatan rata-rata 5 km/jam, kemudian setelah diperbaiki dengan program penanggulangan kemacetan maka macetnya menjadi ½ X kilometer selama rata-rata 3 jam setiap harinya dengan kecepatan rata-rata 15 km/jam.

Kalau programnya hanya sampai wacana atawa rencana doang sih pasti masyarakat juga tidak bahagia... “Bagaimana kita bisa happy kalau cuma dikasih angin surga doang...”, begitu mungkin pikir mereka.

Nah kalau masalah yang paling besar ini sudah tertanggulangi dengan cukup baik, barangkali tuntutan masyarakat akan beralih ke persoalan-persoalan berikutnya, misalnya tentang kuantitas, kualitas dan keterjangkauan wilayah yang dijangkau oleh layanan air bersih, kuantitas, kualitas keterjangkauan wilayah yang dijangkau layanan transportasi publik,  penataan PKL, durasi waktu untuk pembuatan KTP dan pengurusan surat-surat lainnya, dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun