Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat dari Dekat Sarana Pendidikan di Mappak, Tana Toraja

25 Januari 2018   06:00 Diperbarui: 25 Januari 2018   06:02 1570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SMA Kristen Miallo, Kecamatan Mappak, Tana Toraja (dok. Jersi Kapa)

Ketika Belanda memasuki wilayah Toraja pada 1905, pemerintah Belanda memandang perlunya pendidikan bagi masyarakat Toraja. Maka didirikanlah landschap shool di dua kota kecil di Toraja; Makale dan Rantepao. Kebetulan sekali kedua kota tersebut saling berpunggungan. Satu di utara, satu lagi di selatan. Untuk mengajar, didatangkan tenaga pengajar dari daerah lain seperti Ambon, Makassar, Manado, Sangihe Talaud, serta beberapa dari pulau Jawa. Di awal 1920, saat zendeling memulai misi di Toraja, dibuka pula sekolah - sekolah di beberapa distrik di luar Makale dan Rantepao. Tujuannya selain untuk mendapatkan tenaga terdidik yang bisa dipekerjakan sebagai klerk yang dapat membantu pekerjaan administrasi di kantor pemerintahan Belanda, juga sebagai sarana untuk menyebar agama kristen.

Pada masa itu, para tenaga pengajar maupun zendeling yang ditempatkan di sekolah - sekolah tersebut harus banyak bersabar untuk menjangkau tempat tugasnya. Infrastruktur yang belum terjamah serta sarana transportasi yang masih sangat minim, menguras tak hanya tenaga tapi juga waktu dan materi.

Hari ini, jauh setelah Indonesia terbebas dari kolonialisme ternyata beberapa daerah di Toraja masih saja dalam kondisi dan mengalami kesulitan yang sama. Mappak salah satunya.

Mappak, salah satu kecamatan di Tana Toraja yang banyak diabaikan pemerintah Toraja meski setiap kali jelang pemilihan kepala daerah (Pilkada), ada banyak janji yang ditebar untuk menarik perhatian warganya.

Sama sekali tidak terbayang di benak saya, Mappak dan Simbuang kondisinya sangat memprihatinkan. Dalam hati kecil saya pun berkata jika kelak saya mendapat restu dari masyarakat dan tentunya atas izin Tuhan, maka kedua daerah tersebut, menjadi salah satu prioritas untuk melakukan pembangunan infrastruktur jalan. - [Victor D. Batara, 10 Mei 2010].

Akses menuju Mappak, Tana Toraja (dok. Jersi Kapa)
Akses menuju Mappak, Tana Toraja (dok. Jersi Kapa)
Apa yang tertulis itu abadi. Petuah lama yang sering kali diabaikan banyak pengguna media sosial saat ini. Karenanya, banyak pengguna media sosial setelah menuangkan sesuatu lantas (pura - pura) lupa pada apa yang ditebar. Sehingga perlu sedikit menyentil mereka yang pernah menebar janji agar membayar nazarnya.

Pernyataan di atas disampaikan Victor Batara dalam tulisan yang dipublikasikannya di Kompasiana (2010). Waktu itu Victor sedang giat berkampanye untuk menjadi orang nomor satu di pemerintahan Tana Toraja. Saat itu dirinya tak menang tapi pada bagian lain tulisan tersebut dirinya juga menulis akan mengingatkan bupati yang terpilih untuk fokus pada Mappak dan Simbuang. Sejak 2016, Victor Batara menjadi orang nomor dua di lingkungan pemerintahan Tana Toraja. Adakah perubahan yang berarti yang terjadi di Mappak dan Simbuang?

Mari kembali melihat ke bidang pendidikan.

SMA Kristen Miallo salah satu sekolah di Mappak yang sudah lama mencari - cari perhatian. Pada akhir 2016, sekolah ini menarik perhatian sekelompok mahasiswa yang menjadikannya target kegiatan bakti sosial mereka. Dibutuhkan energi ekstra dan kesabaran untuk menempuh jarak 100 km dari Makale, ibukota kabupaten Tana Toraja untuk sampai ke Mappak. Juga kesiapan mental melihat dan melalui jalanan berkubang dengan kendaraan beroda dua. Namun, seorang kepala sekolah yang dibantu dua orang guru tetap (seorang dari yayasan, seorang lagi tanggungan pihak lain) serta 11 orang guru tenaga sukarela yang honornya tergantung pada kebaikan hati donatur; masih bersetia mengabdi di sekolah ini.

Bangunan SMA Kristen Miallo, Kecamatan Mappak, Tana Toraja (dok. Jersi Kapa)
Bangunan SMA Kristen Miallo, Kecamatan Mappak, Tana Toraja (dok. Jersi Kapa)
Ruang kelas SMA Kristen Miallo, Kecamatan Mappak, Tana Toraja (dok. Jersi Kapa)
Ruang kelas SMA Kristen Miallo, Kecamatan Mappak, Tana Toraja (dok. Jersi Kapa)
Pada tahun ajaran 2017/2018, sekolah yang berada di bawah Yayasan Pendidikan Kristen Toraja (YPKT) dan berdiri sejak 2002 ini; memiliki 81 orang siswa. Mereka belajar di dalam ruang kelas yang ditutupi seadanya dengan susunan papan yang sudah mulai menua dengan cat yang tak merata. Beberapa bagian bahkan dibiarkan terbuka karena papan tak cukup untuk menutupi semua bagian bangunan. Jangan tanya bagaimana kondisi di dalam ruang kelas yang lantainya dari tanah ini.

 Jika melihat program pemerintah Tana Toraja di bidang pendidikan, pada 2020 pemerintah Tana Toraja menargetkan guru dan siswa di Toraja meraih penghargaan di bidang pendidikan. Bentuk penghargaan apa yang akan diberikan? Kesetiaannya mengabdi di daerah yang tak terjangkau pembangunan? Bagaimana agar target tersebut tercapai? Adakah pemerintah menaruh perhatian pada tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan menunjang proses belajar mengajar? saleum [oli3ve].

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun