Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyelami Hati Cut Nyak Dien

19 Januari 2015   08:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:50 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan di ujung senja itu tertatih menyeret langkah ke sudut gubuknya. Derit pintu reot dan desah resahnya memecah pagi yang senyap. Rindunya teramat dalam, sedalam sepi yang menemani perjalanan panjangnya. Dia yang tercerabut secara paksa dari akarnya, meradang bergelut asa. Meski matanya sudah rabun, namun kepekaan rasanya belumlah susut.

Monolog Cut Nyak Dien oleh Sha Ine Febriyanti (dok. koleksi pribadi)

Terduduk dalam gelap pandangan, hatinya merintih, rindunya bergelora pada tanah negerinya. Perempuan perkasa yang keras hati itu, tergugu tanpa daya.

Bau tanah basah itu
Bau udara pagi itu
Pepohonan yang tampak semakin tua ketika senja
suara anak-anak melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran
Semua itu mengingatkanku pada tanahku

Nanggroeeeeee … Nanggroeee …

Perempuan Berhati Baja, pantang luruh meski nyawa di ujung tanduk, masih terus memikirkan anak bangsanya meski jiwa sendiri terjepit.

Selama ini kita lebih banyak mengenal Cut Nyak Dien dari sisi maskulinnya, sebagai seorang perempuan pejuang dari Aceh yang pantang menyerah. Cut Nyak bangkit untuk meneruskan jejak dan semangat juang bergerilya bersama pasukannya setelah kepergian sang suami, Teuku Umar. Tak ditunjukkannya perih hati, duka lara dari jiwa yang ditinggal pergi oleh kekasih tercinta. Sebagai seorang Ibu, Cut Nyak harus tetap terlihat tegar di depan anak dan mereka yang membutuhkan tuntunan dan kepemimpinannya.

14216059571492660043
14216059571492660043
Merindukan Nanggroe (dok. koleksi pribadi)

Sebagai seorang perempuan dan anak negeri yang tercerabut dari tanah kelahirannya; dirinya tetaplah manusia biasa. Dirinya didera sedih yang tiada terkatakan, namun asanya tetap membara, semangatnya kan abadi memerciki jiwa generasinya.

… Aku Ibumu …

Potongan kisah kehidupan Cut Nyak Dien menjalani keterasingan selama berada di Sumedang, Jawa Barat yang dibawakan secara monolog oleh Sha Ine Febriyanti menghanyutkan rasa. Tampil total dalam balutan busana hitam-hitam, tuturannya sesekali disela desahan gesekan cello yang dibawakan oleh Yasin Burhan; memukau dan menghanyutkan penikmat seni yang memenuhi Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jumat (16/01/2015) malam sepanjang penampilannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun