Mohon tunggu...
Oky Nugraha Putra
Oky Nugraha Putra Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Padjadjaran

Alumnus Prodi Sejarah Unpad. Hobi membaca, menulis, olahraga (bersepeda, jogging, sesekali hiking), tertarik pada dunia kesejarahan (sosial-budaya, politik-militer).

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sekilas tentang Filsafat Sejarah Hegel

5 Juni 2020   10:21 Diperbarui: 5 Juni 2020   10:29 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Tidak ada sesuatu yang baru di bawah Matahari" 

-Georg Wilhelm Friedrich Hegel-

    

Apakah diantara kawan-kawan ada yang pernah membaca atau mendengar ungkapan tersebut ? Ada ? Belum ? Ungkapan tersebut sengaja saya angkat untuk memulai tulisan saya kali ini mengenai Filsafat Sejarah Hegel. Wow ! "Baca karya filsafat kan pusing !", "Filsafat Sejarah. Apa pula itu tong ?", "Sudah filsafat, ada pula sejarahnya. Makin pusing lah aku tong ". Mungkin di benak kawans ada ungkapan-ungkapan seperti itu. Eits, tenang, tenang. Saya juga baru kali ini membuat tulisan tentang filsafat sejarah. Jadi ? Mari pusing bareng-bareng nan menyenangkan, Cuk !

Dalam buku Filsafat Sejarah G.W.F. Hegel (2012) yang an pun pusing banget buat memahaminya, Hegel berujar seperti ini, "Tentang individu, setiap orang adalah anak dari jamannya, dengan demikian, adalah jamannya yang dipahami dalam pikiran". Maksud daripada ucapan Hegel itu adalah bahwa setiap individu tidak bisa melepaskan dirinya begitu saja dari situasi zaman tempat dia berada, ksis, maujud. Apa yang terjadi pada zaman seorang individu itu hidup pasti akan memengaruhi pola pikir dan tindakan si individu bersangkutan. 

Orang-orang pasca si individu itu hidup yakni pada zaman setelahnya makanya bisa menyelami kepribadian si individu bersangkutan melalui buah karyanya. Artikel, buku, pidato, karya fisik (lukisan, foto, bangunan) menyimpan pesan tersirat yang harus ditafsirkan oleh orang generasi setelahnya. Makanya Hegel berkata, "jamannya yang dipahami dalam pikiran". Hanya ide-nya yang bisa dipahami, karena si individu sendiri telah berpindah ke alam baka. 

Untuk sederhananya, dalam buku Soe Hok Gie Sekali Lagi (2009), Daniel Dhakidae memberikan kata pengantar yang relevan untuk memahami maksud Hegel tersebut. Kata Daniel, "Untuk memahami seseorang, ada dua cara. Pertama, kita berkenalan, berinteraksi langsung dengannya. Kedua, kita memahami si individu melalui buah karya yang ditinggalkannya". Sampai saat ini, paham Cuk ? Jadi jangan jadi bigos ngalias biang gosip. Kalau masih ada orangnya ya elu2 mending PDKT-in.

Dalam Filsafat Sejarahnya Hegel membicarakan peradaban besar dunia yang dibagi menjadi Dunia Timur (Asia), Dunia Yunani, Dunia Romawi, dan Dunia Jerman. Katanya, "Dunia Timur tahu dan hanya tahu bahwa manusia itu bebas; dunia Yunani dan Romawi tahu dan hanya tahu bahwa beberapa orang itu bebas, dunia Jerman tahu bahwa semua orang itu bebas". 

Timur menjadi dasar, Yunani-Romawi mengolah bahan dasar tersebut, dan menurut Hegel, orang Jermanik (termasuk Inggris, Perancis, dan seluruh Kebudayaan Barat) yang akan mewujudkan visi daripada Roh Dunia mewujudkan kemakmuran umat manusia. Gil gak tuh Abah Hegel mikirny kenceng bet dah, visionr. Roh Dunia yang tidak terlihat selalu membersamai perjalanan sejarah umat manusia.

Rasio, Akal Budi merupakan sesuatu yang abadi menurut Hegel dalam perjalanan panjang sejarah umat manusia. Dengan Akal Budi manusia dapat menjadi penguasa, pemenang, sang juara yang merubah, membentuk kehidupan yang lebih baik untuk masa depan. Makanya Hegel berujar, "Nafsulah yang mendorong manusia untuk membuat Sejarah". Individu ingin dirinya dicatat sebagai salah satu bagian terpenting dari umat manusia, dimana-mana seperti itu. 

Nafsu yang diarahkan, dikendalikan, dilatih, dapat menjadi senjata ampuh individu untuk membuat suatu hal besar yang akan dikenang sepanjang masa. Disini kita tidak membicarakan baik-buruk suatu peristiwa sejarah atau individu yang terlibat dalam proses peristiwa sejarah tersebut. Namun lebih kepada makna esensial mengapa seseorang itu dapat mengkreasi suatu peristiwa yang dikenang sepanjang masa. Mulai pusing ya lu ? Sama gua jugak .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun