Mohon tunggu...
Okti Nur Risanti
Okti Nur Risanti Mohon Tunggu... Penerjemah - Content writer

Menulis adalah salah satu upaya saya dalam memenuhi misi mandat budaya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ada yang Salah dengan Cara Kita Bersyukur

30 September 2021   17:29 Diperbarui: 12 Oktober 2021   22:47 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar bersyukur (Unsplash, Alora Griffiths)

"Bersyukur punya kerjaan. Orang lain banyak yang nganggur."

"Masih syukur punya kendaraan, dibanding harus berdesak-desakan seperti orang-orang yang naik kereta."

"Kalo masih sehat, bersyukur deh. Banyak orang sakit sekarang."

Kita pasti sering mendengar kata-kata semacam itu yang mengingatkan kita untuk bersyukur. Sekilas, kata-kata semacam itu tampak biasa, bahkan bijak. Dan, memang tidak ada yang buruk dari sana. Kita sendiri pasti sering mengatakannya, baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri.

Namun, jika kita pikirkan lebih lanjut, tepatkah pernyataan syukur semacam itu? Lebih spesifik lagi, benarkah rasa syukur kita harus dibandingkan dengan (keadaan) orang lain atau kondisi di luar kita?

Mungkin kita pikir rasa syukur semacam itu benar dan sah-sah saja. Paling sedikit karena dua alasan.

Yang pertama, karena itu adalah pernyataan yang sudah umum, yang selalu diucapkan oleh kebanyakan orang. Jadi, di sini kita menganggap kebenaran itu terjadi karena sesuatu itu dilakukan oleh banyak orang atau mayoritas orang. Semacam common sense. Begitulah.

Yang kedua, karena pernyataan semacam itu menjadi semacam pengingat atau "penyemangat" agar kita mampu bersyukur, sebab ada banyak orang yang memiliki hidup, kondisi, situasi, ekonomi, fisik, atau kesehatan lebih buruk dari kita. 

Jadi, meski kondisi atau keadaan kita "sulit", tetapi ada orang lain yang keadaannya lebih sulit lagi jika dibandingkan kita. Jadi, bersyukurlah, sebab kita tidak harus mengalami kondisi yang lebih buruk, seperti yang dialami orang lain atau kebanyakan orang.

Nah, kedua alasan itu bukan landasan yang tepat.

Alasan pertama, harus diingat bahwa yang banyak itu tidak selalu benar. Dan, yang benar itu tidak selalu banyak. Jadi, kalau kita bersyukur dengan cara seperti itu, karena hal tersebut dilakukan orang banyak, maka kita perlu berpikir lebih kritis lagi. Kebenaran tidak berbanding lurus dengan jumlah pelaku kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun