Mohon tunggu...
Okti Nur Risanti
Okti Nur Risanti Mohon Tunggu... Penerjemah - Content writer

Menulis adalah salah satu upaya saya dalam memenuhi misi mandat budaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Korea Selatan, Daebak!

24 Februari 2021   18:46 Diperbarui: 26 Februari 2021   05:43 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi photo: Dream High (hancinema.net)

Jika ada yang bisa dikatakan fenomenal dalam dunia saat ini, Korea Selatan patut diacungi dua jempol untuk topik ini.

Lihat saja. Hampir seluruh dunia terkena demam "Korea". Kalau bukan tentang makanan, K-Pop, Oppa, Unni, film, atau serial drama Korea sering menjadi komoditas publik yang laku untuk dibaca atau dicari dalam berbagai media publikasi maupun media sosial saat ini.

Fenomena ini bisa dibilang luar biasa, mengingat sebelum tahun 2000-an Korea Selatan nyaris belum memiliki pengaruh sebesar ini pada dunia. Pada saat itu mungkin kita cukup tahu kalau Korea Selatan merupakan salah satu negara Asia yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup pesat. Namun, pasti kita tidak membayangkan bahwa pengaruhnya pada dunia kemudian bisa mengalahkan Jepang, Cina, India, atau Thailand yang saat itu cukup terdepan dalam industri kuliner dan perfilman, baik di Asia maupun dunia.

Coba kita lihat sejenak ke belakang. Sekitar tahun 80 sampai 90-an, kita semua pasti familiar dengan film-film penuh goyang, musik Hindi, dan tragedi a la Bollywood, film kungfu dan dunia persilatan produksi sineas Hongkong, atau film kartun, serial drama, dan horor Jepang. Yang terakhir malah ngehitz karena film "The Ring" dan "The Grudge" merupakan adaptasi film horor Jepang dari sineas AS, dan konon juga menjadi trigger dari kebangkitan film horor Indonesia. 

Lalu, untuk urusan kuliner, siapa yang tak kenal dengan makanan Jepang, Chinese, atau Thailand yang sudah tidak asing di lidah kita sejak dulu.

Tapi, lihatlah sekarang. Semua yang saya sebutkan di atas itu sudah berubah semenjak drama Korea merambah dunia pertelevisian Asia pada awal tahun 2000-an. Mulai dari sana, industri televisi Korea Selatan melesat bak meteor di langit hiburan Asia dan menjadi program atau tayangan televisi yang banyak dinanti orang di Indonesia, bahkan dunia. Sudah 20 tahun semenjak drama Korea pertama diputar di televisi kita, tetapi pesonanya tidak juga pudar di kalangan generasi muda saat ini.

Kekuatan cerita, akting dan wajah pemain, setting yang indah, penggunaan teknologi yang relevan, naturalitas, nilai-nilai tradisi yang masih kental mewarnai cerita, karakter dan moral cerita yang dapat menjadi pembelajaran, soundtrack yang enak didengar, serta jumlah episode yang masuk akal membuat drama Korea menjadi paket lengkap yang membuat banyak orang jatuh suka untuk menikmatinya. "The Good Doctor", salah satu serial yang ditayangkan di AS saat ini, adalah bukti bagaimana drama Korea berhasil merebut perhatian produser TV Amerika untuk mengadaptasi ceritanya bagi pemirsa di pusat industri media, film, dan pertelevisian dunia itu.

Melalui drama Korea pula lambat laun musik dan penyanyi Korea dikenal dan disukai. K-Pop kemudian merebak, dan banyak orang tergila-gila dengan Super Junior, SNSD, BTS, Blackpink serta lagu-lagu mereka. Lihatlah jumlah viewers MV milik BTS atau Blackpink yang sangat fantastis di YouTube. 

Dalam hitungan menit atau jam setelah dirilis, mereka langsung meraih jutaan penonton dan mengalahkan viewers MV penyanyi-penyanyi besar kenamaan dunia yang sudah bertahun-tahun berada di saluran YouTube. Khusus dalam konteks ini, jujur, saya sebenarnya agak-agak heran dan ga rela. Sebab, buat saya, tetap saja kualitas musik dan suara para boyband atau girlband Korea ini ga amazing-amazing amat.

Makanan atau kuliner Korea kemudian juga semakin dikenal dan digemari, seiring dengan nama besar Korea di kalangan anak muda yang sangat suka mencoba hal-hal baru dan mudah pula terpengaruh. Saya pikir kimchi, bibimbap, atau tteokbokki mungkin tidak akan ngehits dan digemari kalau saja nama Korea tidak mengglobal di dunia. Kita pasti akan tetap lebih suka jajan bakso, siomay, mie ayam, dan nasi goreng dalam negeri dibanding makanan-makanan tersebut.

Vlogger atau YouTuber Korea juga tak kalah kreatif dengan menciptakan konten-konten video yang estetik, menghibur, dan inspiratif. Belakangan, style mereka bahkan juga banyak ditiru oleh YouTuber dan Vlogger dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Selain tentang lifestyle, mereka juga membuat konten masak, dekor rumah, MukBang, make up, dsb. Bicara soal make up, gaya make up Korea yang natural, fresh, dan glowing juga ikutan jadi trending dan diikuti banyak orang di dunia. Make up yang bold, tegas, tebal dengan bulu mata melambai-lambai a la Amerika yang sudah bertahun-tahun menjadi kiblat, perlahan-lahan mulai kurang diminati, terutama oleh generasi muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun