Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ujian Nasional Masih Perlukah?

18 Desember 2019   10:26 Diperbarui: 18 Desember 2019   10:32 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagaimana dilansir oleh  Kompas.com, menteri Pendidikan Nadiem Makarim mengklarifikasi kembali pemberitaan sejumlah media yang menyebut dirinya mewacanakan menghapus Ujian Nasional pada tahun 2021 mendatang. Menurutnya, ia tidak pernah merencanakan untuk menghapus UN tetapi hanya mengganti atau menyederhanakan sistemnya saja.

Saya setuju dengan Mas menteri dalam posisi ini. UN yang sekarang tidak bisa digunakan unutk mengukur atau memetakan model pendidikan yang tepat bagi generasi muda Indonesia. Alasannya sama seperti yang disampaikan Mas menteri, UN hanya dipakai untuk menguji memori anak-anak didik bukan dipakai untuk menguji aspek kognitifnya. Padahal memori dan kognitif itu adalah dua hal yang berbeda.

Memori  adalah Kemampuan yang dimiliki manusia dalam mengingat dan menyimpan sesuatu kejadian atau pengalaman hidup karena adanya memori dalam otak kita. Dimana dalam memori tersebut tidak akan pernah penuh selama hidup kita. Sementara itu kognitif lebih luas dari pada itu. Aspek kognitif seseorang  meliputi suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Jadi proses kognitif  berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide belajar.

Menjadi guru selama hampir delapan tahun telah memberikan sebuah pemahaman kepada saya bahwa sebenarnya yang perlu di dalam peningkatan mutu pendidikan adalah soal proses berpikir atau analisis terhadap suatu kejadian berdasarkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh di sekolah. Ilmu-ilmu yang diajarkan di bangku sekolah tidak lain adalah latihan menuju sebuah proses berpikir yang pada akhirnya mengarahakan pelajar itu untuk bisa berpikir sendiri. Lalu masih urgenkah UN?

Saya lebih setuju dengan Mas Nadiem bahwa tes UN sebaiknya dilakukan untuk tiga soal ini saja, yaitu tes numerikal, tes literasi, dan survey karakter. UN dicukupkan untuk ketiga pokok itu. Sementara untuk hal-hal lain termasuk aspek-aspek pendidikan lainnya biarkan sekolah berimprovisasi dengan perbedopaman pada kurikulum yang telah ditetapkan.

Kita membutuhkan manusia-manusia cerdas yang bisa menemukan jalan keluar untuk setiap problem yang dihadapi. Lalu mencari cara-cara baru dan kreatif untuk hidup yang lebih baik ke depan. SDM Indonesia yang bermental disiplin dan kerja keras bukan bermental instan dan santai.

Apabila UN masih seperti yang ada sekarang maka kualitas pendidikan kita akan biasa-biasa saja. Mau model ujiannya berbasis kertas dan pensil atau pun sistem online seperti sekarang tidak akan mengubah apa-apa karena sebenarnya kita tidak menyentuh pada level masalah terdalam dari persoalan ini tetapi hanya meraba-raba pada permukaan. Inilah yang menguatirkan.

Saran saya kepada Mas Menteri, sebaiknya bukan saja sistem UN-nya dievaluasi tetapi sistem pendidikan secara keseluruhan untuk menemukan suatu sistem yang dapat cocok dengan era 4.0 sekarang ini. Mempersiapkan sebuah generasi emas memang bukan pekerjaan mudah tetapi kalau tidak mulai dari sekarang maka impian itu hanya akan tinggal sebagai mimpi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun