Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Euforia Fans Sepakbola di Maluku Utara

29 Juni 2021   10:39 Diperbarui: 29 Juni 2021   11:14 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi/ Sumber : Anataranews.com

"Pulanglah wahai para penajajah" 

Itu adalah satu dari kata-kata yang saya terima setelah kekalahan Belanda dan Portugal kemarin. Rentetan serangan kata rasis dan meme bahkan video ibarat rudal Hamas menyerang Israel ke beranda Facebook dan whatsAap.

Sebagai pendukung Tim Sepakbola Belanda yang dipanggil The Orange itu, saya legowo. Tak ada klarifikasi atau menyalahkan ini itu. Saya tak banal membela diri. Kalah tetap kalah. 

Pengumuman keihlasan menerima kekalahan saya lemparkan di Facebook. Dan tak lupa menyolek beberapa rekan fans Portugal yang sama-sama angkat koper pulang kampung. 

Alhasil, berjibun komentar yang isinya macam-macam. Seperti "negara penjajah pulang kampung, atau penjajah kok di fans bahkan ada serangan kata dua-duanya penjajah jadi pulang kampung satu kapal,"

Ya sebagai fans tetap legowo. Namun sungguh sangat lucu. Andaikan landasannya seperti itu sebab kita tak sadar jika sebagian negara Eropa itu adalah penjajah yang bahkan membunuh jutaan orang dalam tindak tanduk perang dunia I dan II yang tercatat dalam sejarah sebagai kejahatan perang. Kita sama-sama mendukung negara penjajah.

Tak ada yang salah. Toh luka dari sejarah terutama buat Indonesia mengekang sangat kuat. Apalagi negara yang erat dengan penjajahan di Indonesia seperti Belanda dan Portugal. Yang setiap perhelatan sepakbola selalu dikaitkan dengan nasionalisme. 

Saya hanya cekikan membaca setiap komen dan ribuan postingan yang menyerang dan menyudutkan fans-fans sepakbola yang sudah tersingkir sembari menjagokan tim keseblasan yang mereka dukung. 

Saya membayangkan jika sepakbola adalah arena  perang. Maka berdarah-darahlah itu lapangan. Tak ada negara sekutu yang bergabung melawan satu negara. Atau kubu satu dengan kubu lain berasaskan ideologi seperti fasis atau konunis atau kapitalis. Semua independen dengan kepentingannya masing-masing.

Namun itulah uniknya sepakbola. Ia tidak melihat latar belakang kejahatan apa yang dibawah kelapangan hijau. Atau ideologi apa yang dianu.  Ia membawa kompetisi, persaingan, adu taktik dan gengsi negara. Prestasi.

Dari sepakbola banyak hal tercipta. Nasionalisme, kampanye, perlawanan, hingga hal-hal berbau pembaharuan global. Selain sisi ekonomi tentunya. Walau terkadang adapula hal-hal rasis masih sangat sulit dilawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun