Bagi pak Dero, keputusannya menjadi sopir lintas karena ingin menikmati hari tua dan mengisi waktu ketimbang duduk diam di rumah. Di usia yang sudah tak terbilang muda, ia memberanikan diri mengambil resiko walaupun sudah di tentang oleh keluarga.
Keputusannya menjadi sopir lintas juga tak semulus pemikirannya. Ia di dera hinaan dan sikap masyarakat yang skeptis. Apalagi, ia sering dikaitkan dengan kegagalannya menjadi anggota DPR.
"Kadang dorang (mereka) bilang saya so tarada pekerjaan jadi so jadi sopir (tidak ada pekerjaan hingga jadi sopir). Kadang juga mereka hina saya sebagai caleg gagal,". Ujarnya.
Hinaan itu di terima dengan lapang dada oleh Pak Dero. Walaupun kadang ia merasa minder dan tertekan atas perlakuan tersebut. Di kalangan sopir pun demikian. Ada juga yang memandang ia sebelah mata. Kritikan juga sering didapatkan dari penumpang, ia dinilai terlalu lambat memacu mobil.Â
Ya, kecepatan adalah efisiensi. Dimana, rata-rata kecepatan mobil lintas disini di atas 100 KM/jam. Sedangkan pak Dero hanya memacu kendaraan di bawah 80 KM/jam.
Bagi Pak Dero, selama ia iklas menjalankan profesi barunya dan tidak mencari masalah dengan lainnya ia tetap bekerja. Walau hanya mendapatkan 1 penumpang sekalipun.Â
***
Sementara Risal alias Calo, adalah pria yang berasal dari Tobelo. Ia masih muda, umurnya baru menginjak 25 tahun ketika pertama kali bertemu dengannya di pelabuhan Speed Sofifi.
Calo sudah menjadi sopir sejak putus sekolah pada 2011 Silam. Ia mula-mula menjadi kenek sopir lintas aias berteman sopir utama melakukan perjalanan. Setelah itu ia, di percayai oleh majikan barunya untuk mengoperasikan mobil Avansa Hitam yang hingga saat ini ia bawa.
Calo sendiri berujar, menjadi sopir lintas penuh resiko. Terutama nyawa dirinya dan penumpang yang ia bawa. Hal ini lantaran kecepatan kendaraan dengan jalan utama yang tak lebih 5 meter dan banyak jalan curam dan berkelok. Medan berat ini menjadi tantangan bagi mereka walaupun sudah berpengalaman sekalipun.
"Bawa mobil di sini harus hati-hati, salah sedikit tapalaka (Terbalik). Kemarin baru saja ada teman yang tapalaka," Ujarnya di balik kemudi dengan kecepatan 110 KM saat memasuki Kecamatan Kao Halmahera Utara.Â