Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Facucu Rawa, Kenang Masa Kecil

5 Juli 2020   05:02 Diperbarui: 5 Juli 2020   05:42 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

''Anak-anak kota mungkin sudah memasuki peradaban baru, peradaban teknologi. Tapi, bagi anak desa peradaban yang mengasikan ialah bercengkrama dengan alam hingga jadi kenangan di masa kelak"

Tulisan ini di awali dari sebuah postingan di beranda Facebook, tepatnya mesengger. Seorang kawan mengirim sebuah foto yang menunjukan anak-anak di desa kami sedang memegang papan sambil bergaya dan berlatar belakang air laut. Dalam kiriman itu juga ia menambahkan caption" Senang-senanglah kalian, nanti besok di sekolah baru kena hukuman". Saya tergelitik, melihat captionnya seolah-olah membangkitakan memori masa kecil di kampung halaman. Pantai yang sama, ombak yang sama, kampung yang sama namun pada waktu yang berbeda. Ya, waktu yang sangat berbeda. 

Saya kemudian menantang penghuni mesengger itu menceritakan bagian-bagian yang paling diingat pada permainan masa kecil yang menjadi andalan itu. Harapannya, potongan-potongan itu menjadi cerita menarik untuk dikenang. Alhasil, dari cerita-cerita itulah saya mendapat bahan untuk mulai menuliskan tentang ini, Tentang " Facucu Rawa" sebutan bahasa suku kami atau dalam bahasa moderen di sebut surfing.

Memang surfing tidak asing di telinga bagi masyarakat dunia. Ramainya pemberitaan dan ivent-ivent ikonik selalu di tampilkan. Kita tak usah jauh-jauh, di Bali misalnya banyak tempat surfing yang menjadi tujuan traveler. Ombak-ombak yang tangguh di temani sunset yang indah adalah segala kenikmatan yang tak tertandingi.

Tetapi, tulisan ini bukan tentang kemegahan itu semua. Hanya sebuah goresan tentang kesederhaan tanpa embel-embel kemegahan. Walaupun, berada pada senja yang sama.

Surfing yang dilakukan anak-anak di Desa kami di sebut sebagai " Facucu Rawa" atau dalam bahasa Indonesia nya menaiki  ombak. Bahasa Suku Makian Luar di Kepulauan Makian Provinsi Maluku Utara. Permainan ini sangat akrab bagi anak-anak berumur 7-15 tahun. Bagi yang umurnya masih di bawah 10 tahun terkadang mereka hanya surfing di pinggiran.

Facucu rawa sendiri sudah sangat jarang di lakukan anak-anak di Desa Mateketen. ini lantaran rusaknya karang akibat pengambilan secara over kapasitas dan hampir 90 persen di katakan rusak. Alhasil, abrasi tak terbendung. Apalagi, karena di desa inilah yang memiliki terumbuh karang dari sekitar 16 desa seisi pulau.  sehingga, ketika ada proyek pembangunan atau pendirian rumah warga, material yang di pakai ialah karang dan pasir di sepanjang garis pantai desa.

Tapi, saya tidak akan membahas itu, karena sudah saya tuliskan secara gamblang di platfrom ini sebelumnya dengan Judul " Terumbuh Karang Yang Apes". 

Facucu Rawa sendiri menyimpan begitu banyak cerita. Apalagi,sebagai anak desa yang hidup di pesisir kami sudah tak asing lagi dengan permainan satu ini. Batas rumah kami denga pantai yang hanya berjarak kurang dari 100 meter membuat pantai, laut dan ikan-ikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidup.

Facucu rawa sendiri dimainkan anak-anak menjelang sore. Ketika air laut bergerak pasang. Anak-anak desa sendiri bukannya tanpa persiapan, sepulang sekolah seringkali mereka bercanda "Ombak bagus sekali eee" itu kode atau pertanda bahwa sebentar sore akan terjadi peristiwa-peristiwa besar. hehehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun