Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Visi Boleh Berbeda, tetapi Jangan Sampai Menghakimi

20 November 2017   08:13 Diperbarui: 20 November 2017   10:41 1815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Dok. Irwandi

Sehebat apapun seseorang, jika tidak belajar melatih hati maka hanya akan tertatih.

Obrolan panjang malam itu menambah deretan kebisingan di area nongkrong kami. Selain dari lalu-lalang kendaraan bermotor, juga karena tempat nongkrong berada tepat di pinggir jalan. salah satu tempat yang melegenda bagi mahasiswa IPB. 

Setelah memilih tempat, kami memesan kopi yang seragam. Malam itu pilihannya kopi asli Bogor (Kopi Liong) sebagai persembahan terakhir sekaligus hari berkabung karena harus gulung tikar semenjak berproduksi Tahun 1945. 

Obrolan kami dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan ilmiah tentang tesis-tesis yang akan kami teliti, sebelum akhirnya pembicaraan menjurus kepada perbedaan visi dari kami berlima.

Seorang teman bertanya sekaligus agak sedikit menghakmi "bang cepat-cepatlah tesis biar cepat kerja dan nikah". Well perdebatan dimulai. Maklum yang bertanya ini adalah teman yang masih sangat muda sedangkan kami berempat, jangan ditanya.

Perdebatan dibuka dengan pernyataan salah satu teman yang berkata, kamu tidak bisa memaksakan kehendak atau visimu kepada kami, karena masing-masing dari kami mempunyai visi yang berbeda. Baik dari menyelesaikan tesis, bekerja dan menikah.

Sambungya, kita bisa progres dalam menyusun tesis, tetapi apakah kamu benar-benar menikmati hasil dan belajar dari tesis yang kamu kerjakan? Begitu pulah dengan bekerja dan menikah. Apakah kita benar-benar menikmati dunia pekerjaan kita?

"Dalam persoalan jodoh, kita mempunyai pandangan hati yang berbeda, kamu mungkin masih sangat muda. Masih menghitung-hitung pengalaman dari diri untuk mengenal cinta bahkan pengalaman-pengalaman lainya sebelum memutuskan bersatu dengan seseorang yang benar-benar kamu cintai," sambungku.

Sedangkan seorang kawan lagi mengatakan, semua keputusan bergantung pada sikap seseorang dalam membuat keputusan. Setiap orang mengambil jalan keputusan pada dirinya untuk melangkah karena mendalami pengetahuan dan pengalaman. Menikmati proses adalah yang utama ketimbang buru-buru melakukan sesuatu yang tidak ada ilmu dan pengetahuan di dalamnya.

Diskusi kami malam itu menjurus pada membagi pengalaman, bagaimana visi kami masing-masing. Obrolan yang awalnya soal jodoh-jodoh ini pun agak mulai tearah. Maklmum awal obrolan kami hanya seputar jodoh, pacar, mantan karena kawan muda satu ini suka membahas hal tersebut.

Dari obrolan panjang malam itu, saya mendapat kesimpulan bahwa setiap orang memiliki visi yang berbeda, tetapi tidak semerta-merta kita saling menghakimi. Kenapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun