Mohon tunggu...
P. Ciccy
P. Ciccy Mohon Tunggu... Administrasi - Pribadi

Perempuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pil Sabar

25 Mei 2019   09:00 Diperbarui: 25 Mei 2019   09:11 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya lupa waktu persis kejadiannya, tetapi kalau tidak salah Bulan September, Tahun 1997, terjadi kerusuhan atau demonstrasi besar-besaran di Makassar, Sulawesi Selatan, yang berlangsung beberapa hari. 

Rusuh ini terpicu karena terbunuhnya seorang anak perempuan kecil oleh seorang yang tidak dikenal identitasnya, yang mempunyai cerita bermacam-macam dan tidak ada  kejelasan pasti, siapa orang yang membunuh anak itu, akhirnya timbul rusuh yang besar.

Anak yang terbunuh itu anak keluarga tokoh masyarakat yang mempunyai pengaruh di sana. Yang menjadi masalah karena dia anak satu-satunya alias anak tunggal.

Waktu itu Mayor Jenderal Agum Gumelar sebagai Panglima Kodam Wirabuana di Makassar, yang turun langsung meredakan demonstran, bahkan mendekati keluarga korban dengan tindakan persaudaraan. Alhasil keluarga korban mengerti dan mau menerima kejadian itu, dan akhirnya selesai atau rusuh berakhir.

Yang menarik bukan cerita di atas, akan tetapi bagaimana Pak Agum Gumelar menanamkan semangat kepada anak buahnya yang akan turun bertugas untuk meredakan  demonstran. 

Setiap pagi pada saat pergantian penugasan beliau memberikan arahan kepada anak buahnya "kalian-kalian semua harus minum PIL SABAR" sebelum berangkat ke lapangan, agar jangan terjadi bentrok  dan emosi untuk melawan pendemo. Kalimat itu yang selalu diucapkan oleh beliau jangan lupa minum pil sabar sebelum berangkat,  minum pil sabarnya. 

Kalau menyaksikan rusuh yang terjadi tanggal 21-22 Mei kemarin di Jakarta, bagaimana polisi dan tentara yang bertugas mengamankan demonstran atau perusuh yang penuh kesabaran dan pengertian. Yang pada umumnya orang yang menyaksikan langsung maupun tidak langsung berkomentar bahwa petugas keamanan terlalu sabar. 

Bahkan ada beberapa pernyataan dari tokoh atau peneliti di televisi mengatakan bahwa petugas keamanan kita sangat sabar, kalau petugas di luar negeri dengan kondisi seperti yang terjadi tanggal 21-22 Mei, itu sudajh tidak ada ampun lagi baginya. 

Karena itu mari kita menghargai petugas keamanan kita yang sudah bekerja dengan penuh tanggung jawab, yang disertai kesabaran. Janganlah dicaci maki lagi dengan ucapan-ucapan yang menyakitkan hatinya.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun