Mohon tunggu...
Robert Octaverino
Robert Octaverino Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hanya suka menulis

Travel, future

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yogyakarta

20 April 2021   10:40 Diperbarui: 20 April 2021   10:41 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kota Yogyakarta terletak di lemah tiga sungai, yaitu sungai winongo, sungai gajah wong, dan sungai code. Kota Yogyakarta terletak pada jarak 600 kilo meter dari DKI Jakarta, 116 kilo meter dari kota semarang, dan 65 kilo meter dari kota Solo atau Surakarta, pada jalur persimpangan bandung surabaya dan pacitan.

Yogjakarta juga di sebut dengan kota pelajar dan kota budaya, Yogyakarta juga adalah kota dari provinsi Daerah IstimewaYogyakarta. Yogykarta juga salah satu tujuan wisata utama di Indonesia, salah satunya Malioboro.

Kawasan Maloboro atau Jalan Malioboro adalah saksi dari perkembangan kota Yogyakarta. Membentang panjang di garis imajiner Kraton Yogyakarta, Tugu dan Gunung Merapi. Malioboro yang didalam bahasa sansekertan berarti atau bermakna karangan bunga yang dikarenakan dulunya dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali kratonmelaksankan perayaan. Kata Malioboro juga berasal dari nama seoreng koloniel Inggris yang bernama marlboroug yang pernah tinggal di kawasan malioboro pada tahun 1811 sampai tahun 1816 M.

Perwujudan awal yang merupakan bagian dari konsep kota di Jawa, Jalan malioboro ditata sebagai sumbu imaginer utara-selatan yang berkorelasi dengan Keraton ke Gunung merapi di bagian utara dan laut Selatan sebagai simbol supranatural. Di era kolonial 1790-1945 pola perkotaan itu terganggu oleh Belanda yang membangun benteng Vredeburg di ujung selatan jalan Malioboro. Selain membangun benteng belanda juga membangun Dutch Club, the Dutch Governor's Residence, Java Bank dan kantor Pos untuk mempertahankan dominasi mereka di Yogyakarta. Perkembangan pesat terjadi pada masa itu yang disebabkan oleh perdaganagan antara orang belanda dengan orang cina. Dan juga disebabkan adanya pembagian tanah di sub-segmen Jalan Malioboro oleh Sultan kepada masyarakat cina dan kemudian dikenal sebagai Distrik Cina.

Perkembangan pada masa itu didominasi oleh Belanda dalam membangun fasilitas untuk meningkatkan perekonomian dan kekuatan mereka, Seperti pembangunan stasiun utama di Jalan Malioboro, yang secara fisik berhasil membagi jalan menjadi dua bagian. Sementara itu, jalan Malioboro memiliki peranan penting di era kemerdekaan pasca-1945, sebagai orang-orang Indonesia berjuang untuk membela kemerdekaan mereka dalam pertempuran yang terjadi Utara-Selatan sepanjang jalan.

Sekarang ini merupakan jalan pusat kawasan wisatawan terbesar di Yogyakarta, dengan sejarah arsitektur kolonial Belanda yang dicampur dengan kawasan komersial Cina dan kontemporer. Trotoar di kedua sisi jalan penuh sesak dengan warung-warung kecil yang menjual berbagai macam barang dagangan. Di malam hari beberapa restoran terbuka, disebut lesehan, beroperasi sepanjang jalan. Jalan itu selama bertahun-tahun menjadi jalan dua arah, tetapi pada 1980-an telah menjadi jalan satu arah saja, dari jalur kereta api ke selatan sampai Pasar Beringharjo. Hotel jaman Belanda terbesar dan tertua jaman itu, Hotel Garuda, terletak di ujung utara jalan di sisi Timur, berdekatan dengan jalur kereta api. Juga terdapat rumah kompleks bekas era Belanda, Perdana Menteri, kepatihan yang kini telah menjadi kantor pemerintah provinsi. Hingga saat ini Malioboro tumbuh menjadi pusat dinamika seni budaya Jogjakarta.

Malioboro masih merupakan tujuan utama wisata di Yogyakarta. Bagi wisatawan mengunjungi Malioboro merupakan sebuah keharusan. Sepenggal jalan ini adalah ikon Jogja yang tidak dapat dipisahkan. Malioboro memiliki banyak daya tarik yang menjadikan wisatawan. Malioboro menjadi pusat oleh oleh dan cinderamata khas Yogyakarta. wisatawan dapat memilih souvenir di pedagang kaki lima yang berada di sepanjang jalan. Selain itu juga terdapat mall di kawasan ini. Berfoto didepan papan nama jalan Maliboro yg terdapat di ujung jalan sebelah utara merupakan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan

Malioboro menjadi pusat wisata andalan bagi kota Yogyakarta, karena akses menuju ke Malioboro samgat mudah, wisatawan juga memiliki banyak pilihan transportasi untuk menuju ke Malioboro, wisatawan dapat menggunakan kendaraan pribadi, bus transjogja yang memiliki banyak halte di kawasan malioboro. Gojek dan grebcar juga dapat menjadi pilihan lain dan jika wisatawan ingin menikmati suasana kota Yogyakarta dapat mengguakan andong maupun becak untuk menuju ke sana. Namun di dalam pandemi ini tetap wisatawan juga harus mematuhi protokol kesehatan, dan juga kawasan malioboro pun sudah di jadikan kawasan bebas kendaran kecuali andong, tempat tempat parkir juga sudah di sediakan

Kawasan Malioboro menyediakan berbagai macam pilihan akomodasi serta tempat makan seperti restoran,rumah makan dan cafe bagi para wisatawan. Fasilitas yang mendukung kawasan ini tidak hanya berupa akomodasi dan rumah makan, melainkan terdapatjuga pos informasi bagi para wisatawan, polisi pariwisata, tempat -- tempat ibadah, money charger, ATM, tempat parkir, serta stasiun tugu. Namun di tengah pandemi covid ini malioboro tetap di penuhi wisatawan tanpa takut dengan adanya virus covid, karna kondisi saat ini yang sebenrnya uda normal tapi dengan gaya baru dengan mengunakan masker Wisatawan dapat berkeliling dan meikmati suasana khas Malioboro menggunakan andong. Malioboro juga terkenal dengan kuliner atau lesehannya. Menikmati kuliner yang ada sambil menikmati suasana khas Malioboro dimalam hari merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Di kawasan Malioboro pin terdapat ciri khas arsitektur utama yakni jawa, china, eropa dan islam. Arsitektur eropa diwakili oleh bagunan hindis seperti gedung agung, benteng Vrederburg. Kawasan pecinan bisa ditemui di sekitar Ketandan. Arsitektur jawa terdapat di kompleks kepatihan. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Malioboro hanya untuk menikmati suasana kota Yogyakarta dengan duduk sambil bercengkrama di sepanjang jalan Malioboro.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun