Mohon tunggu...
Nyoman Prayoga
Nyoman Prayoga Mohon Tunggu... Pekerja NGO -

Currently working as Flood Resilience Program Manager at Mercy Corps Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Biopori untuk Meningkatkan Cadangan Air Tanah Kebun Agrowisata Belimbing Kota Blitar

10 September 2015   10:28 Diperbarui: 15 September 2015   13:00 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Lubang Resapan Biopori yang Dibuat di Kebun Agrowisata Belimbing Karangsari, Kota Blitar (dokumentasi program ACCCRN)"][/caption]

Salah satu dampak fenomena perubahan iklim yang sering dirasakan adalah anomali cuaca dan semakin sulitnya memprediksi musim termasuk pergantiannya. Di Kota Blitar sendiri, kecenderungan yang terjadi adalah intensitas hujan yang lebih tinggi namun dengan masa hujan yang lebih pendek. Mengacu pada Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD Kota Blitar) tahun 2012, selama 4 tahun sebelumnya, terjadi penurunan intensitas curah hujan yang mempengaruhi penurunan permukaan air tanah.

Kondisi ini berdampak pada penurunan produktivitas belimbing yang merupakan salah satu komoditas utama Kota Blitar yang dihasilkan oleh Kelurahan Karangsari. Menurut data di tahun 2013, produktivitas buah belimbing di musim kemarau cenderung menurun sampai hampir mencapai 50%. Padahal, tanaman belimbing sendiri termasuk tanaman yang membutuhkan pengairan yang cukup banyak dibanding tanaman lain.

Berkaca dari kondisi kerentanan akibat perubahan iklim tersebut, maka Kelompok Kerja Perubahan Iklim Kota Blitar dan BKM Kridhasari berkolaborasi dengan APEKSI dan Mercy Corps Indonesia melalui program ACCCRN (Asian Cities Climate Change Resilience Network) untuk melaksanakan kegiatan pembuatan lubang biopori di Kebun Agrowisata Belimbing Karangsari. Harapannya, lubang biopori dapat membantu penyerapan air saat hujan maupun saat penyiraman sehingga berkontribusi dalam upaya mempertahankan tinggi muka air tanah dan dirasakan manfaatnya di musim kemarau.

Lubang Resapan Biopori untuk Mendukung Ketersediaan Air Tanah

Saat ini, lubang resapan biopori bukan lagi sesuatu yang asing bagi banyak orang. Metode yang dicetuskan oleh Dr. Kamir R Brata, salah satu peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) ini sudah banyak diterapkan di daerah-daerah yang rawan genangan air dan juga kekeringan. Secara sederhana, lubang resapan biopori itu adalah metode untuk meningkatkan daya resap air ke dalam tanah. Selain mampu mempercepat peresapan air (dan genangannya), lubang biopori tersebut juga mampu membantu meningkatkan jumlah cadangan air di dalam tanah.

Secara teknis, Lubang Resapan Biopori berupa sebuah lubang silindris (berdiameter 10 cm) yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah (sedalam 80 – 100 cm, pada kasus tertentu tergantung kedalaman muka air tanah). Lubang inilah yang akan memicu munculnya biopori secara alami di dalam tanah. Biopori itu sendiri adalah istilah untuk lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktivitas organisme yang terjadi di dalam tanah. Biopori yang terbentuk akan terisi udara dan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah. Prinsip kerja lubang peresapan biopori cukup sederhana. Lubang biopori bukan berarti hanya sekedar membuat lubang, melainkan harus diberi sampah organik yang akan memicu biota tanah seperti cacing, semut, dan akar tanaman untuk membuat rongga-rongga (lubang) di dalam tanah yang disebut biopori. Rongga-rongga (biopori) inilah yang menjadi saluran bagi air untuk meresap ke dalam tanah.

[caption caption="Warga Kelurahan Karangsari menunjukkan cara pembuatan lubang resapan biopori (dokumentasi program ACCCRN)"]

[/caption]

[caption caption="Lubang Resapan Biopori dibuat dengan diameter 10 cm dengan kedalaman antara 80-100 cm (dokumentasi program ACCCRN)"]

[/caption]

Banyak manfaat yang didapatkan dari Lubang Resapan Biopori. Selain mempercepat peresapan air dan meningkatkan cadangan air tanah seperti yang disebut di atas, biopori juga berfungsi untuk mengubah sampah organik menjadi kompos dan menyuburkan tanah. Hal yang perlu menjadi catatan adalah, manfaat-manfaat tersebut bisa didapatkan dengan adanya perawatan lubang biopori yang baik dan konsisten. Sering kali lubang resapan hanya dibuat dan kemudian tidak ada keberlanjutan dalam perawatan (terkait kebersihan di sekitar lubang), serta mengisi sampah organik yang memicu aktivitas organisme yang membentuk biopori tersebut.

[caption caption="Lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori (dokumentasi program ACCCRN)"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun