Mohon tunggu...
Nuke Patrianagara
Nuke Patrianagara Mohon Tunggu... Freelancer - cerah, ceria, cetar membahana

rasa optimis adalah kunci

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Teman Setia Itu Bernama Radio

11 September 2018   08:40 Diperbarui: 12 September 2018   12:25 1699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku buka hari dengan suara penyiar dari sebuah radio yang berpusat di ibu kota, informasi berita terkini, arus lalu lintas, dan alunan lagu yang menggugah semangat pagi. 

Dentingan penggorengan bertemu dengan sutil, suara halus pisau mengiris bumbu, cucuran keringat saat tenaga dikeluarkan untuk mengulek bumbu, penanda semua bersatu dalam semangat menyambut hari dengan moto "hari ini harus lebih baik dari kemarin".

Begitu deras arus informasi yang dengan mudah didapat saat ini dari berbagai media, suara radio tetap di hati, ada rasa berbeda saat mendengarnya, meresap kedalam hati, menyulut semangat makin membara, menghangatkan jiwa-jiwa yang dingin dan sepi, terlalu banyak kenangan yang menancap.  

Radio adalah teman setia di setiap langkah perjalanan juga perjuangan, saat SD masih tinggal di desa bersama orangtua saat siang sepulang sekolah lebih sering menghabiskan waktu di rumah aki dan eni yang hanya berjarak 30 meter dari rumah tanpa ada jeda rumah tetangga.  

Radio transistor berwarna merah bertengger di atas lemari dapur sejajar dengan susunan rantang dan panci, suara radio itu menemani keromantisan Aki dan Eni, dapur yang luas, wangi nasi matang dari kerucut tempat nasi yang terbuat dari anyaman bambu, berasnya berasal dari hasil panen padi gogo di lahan pertanian aki, gemeletuk suara api di atas bara kayu bakar dalam tungku, terasi udang menusuk idung bersatu dengan rawit yang dipanen di halaman rumah. 

Suara penyiar sedang asyik berceloteh tentang promosi jalan-jalan bersama pendengar radio lainnya ke tempat wisata dalam negeri. Aki dan Eni pendengar radio yang rajin ikut jalan-jalan bersama pendengar lainnya, bahasa kekiniannya kopi darat sembari traveling.  

Radio merah itu menyala saat pagi sebelum Aki dan Eni pergi ke kebun, lalu nyala kembali sepulang dari kebun selepas dzuhur dengan dongeng sunda yang tiap akhir waktunya tidak sabar menunggu esok kelanjutannya. Saat malam pulang ke rumah, radio tetap menjadi pilihan teman pengantar tidur.

Papap yang aktif menghidupkan kesenian sunda, di paviliun rumah beberapa gamelan sunda tertata rapi, ada alat-alat degung, kecapi suling, calung, setiap sore penuh dengan anak-anak dan remaja yang berlatih, ada yang berlatih nari, berlatih rampak sekar (paduan suara) sampai mendatangkan pelatih profesional.  

Untuk kesenian calung biasanya malam hari baru berlatih selang seling dengan latihan pencak silat kakak. Pencak silatnya pun bukan hanya latihan gerak tanpa musik, tapi ada gamelan lengkap pengiring latihan.  

Datanglah kesempatan untuk pentas di RRI Jawa Barat, saat itu yang di undang adalah kelompok Rampak Sekar yaitu vokal grup yang bernyanyi lagu-lagu sunda, rombongan Rampak Sekar berasal dari SMP di desaku, lengkap dengan kecapi sulingnya. 

Kelompok ini menyanyikan lagu-lagu sunda, senangnya bukan main, beberapa kali aku ikut Papap ke RRI untuk mengantar rombongan bernyanyi dan bisa didengarkan oleh pendengar RRI se Jawa Barat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun