Mohon tunggu...
Nuke Patrianagara
Nuke Patrianagara Mohon Tunggu... Freelancer - cerah, ceria, cetar membahana

rasa optimis adalah kunci

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bangkitkan Lagu Anak Indonesia

31 Maret 2018   12:13 Diperbarui: 31 Maret 2018   12:27 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu Sud, Pak Kasur, Bu Kasur, Bu Meinar, Papa T Bob semakin asing terdengar di era milenial ini, padahal dari merekalah kita banyak belajar lagu anak yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.  Era 80 dan 90 an lagu Burung Kutilang, Hai Becak, Sayang Semuanya, Nama-nama Hari, Bangun Tidur, Lihat Kebunku, Kring-kring Sepeda, Semut-semut Kecil, Nyamuk Nakal  sangat lantang kita nyanyikan.  Lagu-lagunya sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, mulai dari bangun tidur, membantu orang tua, pergi ke sekolah, binatang yang ada dekat kita, semuanya memberi makna dan pelajaran juga mudah diingat.  

Kemajuan teknologi yang tidak bisa kita bendung lagi, anak-anak yang baru lahir digenerasi ini langsung berkenalan dengan dunia digital, dimana dunia visual  ini dengan mudah menancap dipikiran mereka dan kadang sebagai orangtua lupa untuk menyeleksinya, mana yang baik dan tidak baik di tonton dan di dengar mereka.

Disalahsatu unggahan media sosial milik mba Mira Lesmana sang produser dan sutradara terkenal yang peduli dengan seni yang tepat buat anak, sedang berfoto dengan Bapak Presiden Joko Widodo dengan didampingi ketua BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) bapak Triawan Munaf mereka diskusi mengenai film dan lagu anak Indonesia. Banyak insan yang mulai gerah dengan menipisnya karya-karya untuk anak. Ini menjadi pemicu semangat, bahwa pihak pemerintahpun peduli akan hal ini.   

Tidak semua sekolah, tidak semua guru, tidak semua orangtua, peduli dengan lagu anak yang mendidik.  Sekarang ini banyak orangtua yang dengan mudahnya memberi anak dengan mainan digital dan tidak menyesuaikan kebutuhan mereka sesuai dengan usianya.  Sekolah Dasar Gemala Ananda mempunyai semangat yang berbeda, kepedulian mereka akan lagu anak Indonesia patut diapresiasi. Kerjasama yang baik antara sekolah dan para orangtua adalah bagian yang penting dalam sistem pendidikan kita, komunikasi yang terjalin berjalan dua arah, anak pergi ke sekolah bukan dengan tujuan hanya dititipkan saja, tapi mendidik mereka butuh kolaborasi berbagai pihak.  Menuju era bonus demografi (2025-2030) dimana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) mendominasi dibanding jumlah usia tidak produktif, era generasi ini harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh, bukan eranya generasi terlena dengan kemudahan, tapi harus menjadi generasi-generasi tangguh yang mampu bersaing dengan karya-karya positif.

Dengan semangat Bangkitkan Lagu Anak Indonesia, Sekolah Dasar Gemala Ananda mempersembahkan pagelaran Gemala Bernyanyi sebagai pertunjukan amal "Untukmu Kawan".    Lagu-lagu yang tersaji sangat akrab dengan keseharian anak-anak zaman ini, lagu "Anak Indonesia" yang bertemakan perbedaan tidak menghalangi persabatan, tidak lupa juga lagu yang menunjukkan kekayaan budaya bangsa ini, lagu "Papua Nenahayek" dan "Sonang Ni Mar Margala" mewakili daerah Papua dan Sumatera Utara, Indonesia adalah bangsa yang kaya akan seni budayanya, hamparan pulau dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Rote sampai Pulau Miangas, dengan 35 propinsi, 742 bahasa yang terdisitribusi, 1.340 suku, 17.504 buah pulau,setiap daerah memiliki  seni yang berbeda dan menarik untuk ditampilkan, jadi tidak harus takut kehilangan tema.   

Olahraga bulutangkis telah membius bangsa ini dengan capaian prestasinya, deretan atlit mengibarkan merah putih ditiang tertinggi, menggemakan lagu Indonesia Raya ditingkat dunia,  lagu "Raket Roker" yang bersemangat dan serunya bermain bulutangkis, walaupun Indonesia gudangnya atlet bulutangkis, rasanya jarang yang tertarik menciptakan lagunya, yang terkenal lagu "Badminton" karya Sambas, itupun dalam bahasa sunda.  Lagu "Bersenang Di Air" dan "Juara Sesungguhnya" juga bagian dari penyemangat dalam berolahraga, selain menyehatkan juga menjunjung tinggi sportivitas.

Setiap alat teknologi yang lahir dari para penemu menjadi ide buat membuat lagu, "Turns The Lights On" bercerita tentang penemuan lampu oleh Thomas Alva Edison. "Hey Watson" mengingatkan kita akan ucapan pertama Alexander Graham Bell sang penemu telepon.  "Bite The Apple" melayangkan pikiran kita akan gambar buah apel yang sudah digigit pinggirnya, itulah karya "Steve Jobs" salah satu penemu teknologi besar abad ini. Juga ada lagu "Sang Penemu" yang merangkai beberapa penemu yang mengubah dunia menjadi sebuah lagu.

Sebagai ibu rumah tangga yang berkutat didapur ditemani  panci dan sahabat-sahabatnya, lihat panci menjadi bagian dari alat musik di kolaboritmik, yang terbayang tarian para sayuran dan rempah-rempah khas Indonesia, menjadikan sajian nikmat, menggugah selera para penikmatnya.  Para panci tidak sendiri, ditemani ember, waskom, dan gentong melahirkan irama musik yang menyulut semangat, rasanya ingin jadi atlet kembali, saat bertanding dilapang para supporter menyemangati kita dengan irama-irama yang saling bersahutan semakin menggelora untuk meraih kemenangan dan harus siap menerima kekalahan dengan lapang hati.

Gerakan yang rancak antara para penyanyi dan para penari yang disajikan oleh para murid maupun alumni SD Gemala Ananda, membuat badan ini ikut bergoyang saking menikmatinya, rasanya lupa umur, ini kaki ingin saja melompat dan ikut menari.  Semua yang terlibat dalam Gemala Bernyanyi menunjukkan kepedulian akan pendidikan anak-anak Indonesia.  Perasaan optimis harus terus dipupuk disetiap insan, rasa pesimis hanya dimiliki oleh orang-orang yang menyerah dan putus asa. 

Bertempat di Perpustakaan Nasional yang  baru diresmikan pada 14 September 2017 oleh Presiden Jokowi, bangunan yang megah, dengan jumlah lantai 27, masing-masing lantai punya fungsi masing-masing, selain lantai dengan koleksi buku-buku yang lengkap,juga ada ruang pertunjukan, ruang layanan anak, ruang lansia dan penyandang disabilitas, kantin dan mushola yang bersih dan syahdu. Pagelaran Gemala Bernyanyi mempergunakan Auditorium Perpustakaan Nasional yang berada di lantai 2, ruangannya seperti ruang bioskop; nyaman, kursi empuk, dingin.

Rasanya baru kemarin saya bertemu seorang kepala sekolah yang luar biasa semangatnya, diacaranya Kementerian dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) lalu saya mendapat kartu nama dari beliau,  nama yang tertera Jasmin J. Jasin, kepala Sekolah SD Gemala Ananda. Kartu itu masih tersimpan rapi didompet , ternyata kita bisa bertemu lagi di suatu pagelaran yang luar biasa.  Kita masih butuh banyak kompor-kompor seperti Bu Jasmin, kompor yang tidak pernah padam untuk kemajuan pendidikan anak cucu kita semua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun