Mohon tunggu...
Nuke Patrianagara
Nuke Patrianagara Mohon Tunggu... Freelancer - cerah, ceria, cetar membahana

rasa optimis adalah kunci

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Lestarikan Lamun, Selamatkan Dugong

15 November 2017   09:45 Diperbarui: 15 November 2017   15:28 1994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upaya Pelestarian Dugong dan Lamun| Ilustrasi: http://news.kkp.go.id

Orang lebih suka mengarang daripada melamun, orang lebih kenal karang daripada lamun begitu menurut bapak Udhi Eko Hernawan peneliti lamun dari LIPI. Saat mendengar kata rumput lamun masih banyak yang mengernyitkan dahi, apa itu? Lamun adalah tumbuhan berbunga yang tumbuh membentuk padang rumput ("Padang lamun") di dasar pesisir yang dangkal. Padang lamun ini tempat hidup dugong.

Konservasi dugong (Dugong dugon) dan lamun menjadi satu program, karena rumput lamun dan dugong mereka satu paket, dugong sangat tergantung dengan lamun. Lamun tidak hanya hidup untuk dugong tapi juga tempat hidup ikan karang yang saat kecilnya mereka butuh lamun, begitupun cumi-cumi ada yang bertelur di lamun, bayangkan apabila tidak ada padang lamun, dimana mereka tumbuh dan bertelur.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Menilik sejarah Pulau Pari yang pada tanggal 2 November 1976 Pulau Pari diserahkan ke pihak LIPI oleh Gubernur DKI Jakarta bapak Ali Sadikin, Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Kompetensi Sumberdaya Manusia Oseanografi (UPT LPKSDMO) Pulau Pari LIPI ditujukan untuk membangun kapasitas Sumber Daya bidang kelautan baik skala nasional maupun Internasional. Tepatlah Pulau Pari dipilih untuk penanaman lamun, selain sebagai pelestarian lamun, juga untuk bahan penelitian guna keberlangsungan lamun dan Sumber Daya Laut lainnya.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Konservasi Dugong dan Lamun yang berbasis masyarakat sendiri berada di Bintan Kepulauan Riau, Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah, Alor Nusa Tenggara Timur dan Tolitoli Sulawesi Tengah sebagaimana yang dikemukan oleh Bapak Samsuri Lubis dari KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) menjelaskan KKP berperan dalam penanganan perlindungan terhadap Dugong, 

KKP langsung turun ke lapangan, melakukan edukasi kepada masyarakat termasuk upaya-upaya pelatihan saat penanganan apabila ada dugong terdampar sampai bisa dikembalikan lagi ke habitatnya yaitu laut, dugong bisa bertahan agak lama didarat asalkan tidak tertutup jalan napasnya yang ada diatas kepalanya, karena dugong bukan bernapas dengan insang seperti ikan tapi dugong seperti paus yaitu sama-sama hewan mamalia laut. 

Upaya-upaya mensosialisasikan dan pelatihan penanganan dugong dilakukan dimana dugong pernah muncul dan terdampar, dibentuk kelompok-kelompok untuk bekerjasama dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah). Dugong hanya salahsatu dari 20 jenis hewan laut yang dilindungi. Pada tanggal 5 November yang lalu diperingati sebagai Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) dengan program konservasi Dugong dan Lamun Indonesia adalah konservasi yang sesuai dengan HCPSN, lamun mewakili puspa, untuk satwa diwakili oleh dugong.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Indonesia yang begitu kaya akan keanekaragaman hayati lautnya sangat rugi kalau kita semua lalai untuk menjaganya, anak cucu kita harus ikut menikmati keindahan nusantara ini. Garis pantai Indonesia termasuk no 2 di dunia yaitu 54.716 km (dw.com), Indonesia termasuk negara kepulauan terbesar di dunia. Destinasi wisata alam yang berkembang pesat bagaikan cendawan di musim hujan, pembangunan yang tidak terkoordinasi dan kadang merusak alam sekitar membuat kita semua terjaga saat tiba-tiba bencana datang, bencana banjir, longsor, abrasi pantai terjadi bukan hanya karena alam murka tapi kita semua lalai menjaga titipan-Nya, kurangnya pengetahuan masyarakat, sosialisasi yang tidak sampai pada masyarakat paling ujung, kampanye menjaga lingkungan kurang menarik, tarik menarik antara pemenuhan kebutuhan hidup dan perusakan lingkungan tanpa ampun. Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi.

Menyadarkan masyarakat untuk cinta lingkungan bukan hanya kewajiban pemerintah ataupun para penggiat lingkungan, tapi ini kewajiban kita semua, mulai dari diri sendiri dengan hal-hal kecil, tidak membuang sampah sembarangan, membawa tas belanja kemana-mana untuk menghemat penggunaan plastik, botol air minum selalu sedia di tas saat berpergian, seperti yang dicontohkan pihak penyelenggara, untuk tempat makanan kecil dalam perjalanan dikasih tempat yang bisa dipakai ulang, begitupun air minum harus menggunakan tempat yang kita bawa, tidak dibagikan dalam bentuk kemasan.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Merawat lingkungan laut bukan hanya menjaga laut dan sekitarnya saja seperti pantai, muara, teluk, tapi harus mulai dari hulunya, air sungai mengalirnya ke laut yang berawal dari mata air di pegunungan, saat gunung mulai gundul tanah tergerus masuk sungai dan mengalir ke laut bisa menimbulkan rusaknya lingkungan laut termasuk rusaknya padang lamun, saat kita kehilangan satu hektar padang lamun maka kita kehilangan penyerapan karbon yang dianalogikan 800.000 batang rokok yang dihisap perhari, bayangkan akibatnya bisa nerambat kemana-mana. 80% padang lamun yang ada di Indonesia keberadaanya kurang sehat, yang benar-benar sehat hanya 5 % itupun banyak terdapat di daerah Indonesia Timur.

Ibu Adriani dari IPB menyoroti bagaimana lamun bisa berkolaborasi dengan mangrove dan karang di Indonesia dengan wilayah yang sangat luas, bekerja sama menyelamatkan keanekaragaman hayati yang kita punya, selamatkan lamun utamanya peningkatan kesejahteraan nelayan, habitatnya harus terjaga. Lamun sudah ada 40-50 juta tahun yang lalu, mulai dengan peduli lamun dengan segala jasanya dibutuhkan untuk ekosistem, bunga jantan dan betiana untuk kembang biak butuh arus, arus laut yang terjaga tentunya.

Tingkat kesejahteraan nelayan serta tingkat pendidikan yang mereka dapat, berkaitan erat sejauhmana mereka peduli dengan lingkungan tempat mereka mencari nafkah, alam memberikan mereka rejeki dengan hasil laut tanpa harus menebar benih, tinggal bagaimana memelihara lingkungannya, dengan tidak merusak tempat periuk rejeki itu hidup dan berkembang biak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun