Memaknai Hari Pattimura, Menghormati  Jasa Sang Pahlawa
Setiap orang yang berjasa bagi kita disebut pahlawan. Kapan kita disebut seorang pahlawan? kita bisa menjadi seorang pahlawan saat kita bertekad dan bersemangat menginspirasi  sesama kita melalui tulisan kita di platform Kompasiana.
Sejak  duduk dibangku SD, masih teringat bahwa waktu  setiap 15 Mei selalu diadakan acara perlombaan seperti lomba padua suara, baca puisi antar antar sekolah dan ada berbagai jenis pertandingan untuk meramaikan hari pahlawan Pattimura. pokoknya asik pada waktu itu. diantara para pembaca, masihkah kita kenal pahlawan pattimura?
Setiap tanggal 15 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pattimura, lebih meriah di  Maluku  untuk mengenang jasa dan perjuangan pahlawan nasional Thomas Matulessy, yang lebih dikenal sebagai Pattimura.Â
Hari ini bukan sekadar penanda sejarah, tetapi juga momentum untuk menginternalisasi nilai-nilai kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari. Sudah menjadi upacara tahunan yang biasanya di Maluku ada acara lari sambil membawa obor dan upacara perayaan dilaksanakan di depan tugu Pattimura  lapangan  Pattimura Ambon.Â
Dalam momen bersejarah 15 Mei 2024 di lapangan Pattimura Ambon telah dilaksanakan upacara peringatan hari Pahlawan Pattimura dengan inspektur upacara adalah penjabat kota Ambon. Â Bodiwin Wattimena dalam meletakan karangan bunga dan sekaligus memberikan penghormatan.
 Upacara HUT ke-207 dihadiri oleh seluruh pemkot Ambon serta para tamu undangan lainnya.  Dalam sambutannya penjabat walikota Ambon mengajak seluruh masyarakat untuk terus melanjutkan jasa pahlawan Pattimura' gigih dan tetap semangat bekerja keras, menjaga persatuan diantara anak bangsa, serta mengisi dan memperjuangkan kemajuan serta pembangunan bangsa Indonesia.
Sejarah Perjuangan Pattimura
Thomas Matulessy lahir pada 8 Juni 1783 di Hualoy, Pulau Saparua, Maluku. Di tengah masa kolonialisme Belanda, Pattimura dikenal sebagai pemimpin perlawanan rakyat Maluku. Pada tahun 1817, ia memimpin perlawanan terhadap Belanda yang semakin menindas dan memberatkan kehidupan rakyat melalui berbagai kebijakan yang eksploitatif.
Perlawanan Pattimura bermula dari keresahan rakyat Maluku terhadap monopoli perdagangan dan pajak yang tinggi. Puncaknya terjadi pada bulan Mei 1817, ketika Pattimura bersama para pejuang lainnya menyerang benteng Duurstede di Saparua, berhasil merebutnya, dan memicu perlawanan yang lebih luas di Maluku.
 Meskipun akhirnya ditangkap dan dihukum mati oleh Belanda pada 16 Desember 1817, perjuangan Pattimura tetap dikenang dan dijadikan simbol semangat perjuangan melawan penindasan.